HARIAN MERAPI - Mari kita raih harapan hidup lebih baik dengan tawakal kepada-Nya.
Tawakal ialah menyandarkan kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu
kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram
Setiap orang pasti memiliki harapan untuk hidup lebih baik; harapan untuk hidup bahagia, sejahtera, dan terhormat.
Baca Juga: Makhluk hasil usil, sukanya bikin prank pada guru baru di sebuah sekolah swasta
Manusia berharap bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bisa terhindar dari
penderitaan, kemiskinan dan kebodohan.
Juga berharap dapat menjadi pegawai yang berdedikasi tinggi dan berprestasi, dapat menjadi muslim yang taqwa, selalu beramal shaleh, berakhlak mulia (akhlaq al-karimah) dan menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar.
Masih banyak lagi harapan yang semua itu menunjukkan keadaan yang lebih baik daripada sekarang.
Harapan hidup yang lebih baik juga berkaitan dengan ujian yang sedang dihadapi saat ini, bagaimana memaknai situasi yang ada untuk menjadikan hidup lebih bermakna, tidak patah semangat, dan penuh keikhlasan.
Ujian hidup yang sring melanda seseorang merupakan saat yang tepat untuk menabur berbagai harapan untuk kehidupan yang lebih baik dengan menebarkan nilai-nilai kemuliaan penuh kebersamaan.
Baca Juga: Ketika tentara eksentrik selamatkan dunia dari 'Perang Dunia III' ada Iko Uwais di dalamnya
Layaknya sepetak tanah, dunia adalah tempat menanam, dan harapan itu adalah laksana benih. Karena itu, untuk dapat panen, maka seseorang harus mau dan
mampu menabur benih.
Siapapun yang semakin banyak menabur benih, maka semakin banyak ia berkesempatan untuk panen. Siapa yang banyak menanam akan banyak mengetam, begitulah kira-kira sunatullah dalam kehidupan.
Hanya persoalannya, seringkali seseorang lupa bahwa harapan itu dapat menimbulkan dua perilaku; yakni:
Pertama, orang yang mempunyai harapan, tetapi tidak dibarengi dengan kemauan
dan kemampuan melakukan usaha untuk mewujudkan harapan itu. Akibatnya, harapan itu mendorong orang melakukan potong kompas atau jalan pintas.
Maunya cepat kaya dan terhormat, tetapi tidak mau bekerja keras. Lantas, muncullah sifat jahatnya, yaitu merampas hak milik orang lain dengan cara mencuri, korupsi dan sebagainya. Ujian hidup saat ini merupakan waktu yang tepat untuk muhasabah diri.