Empat sumber self efficacy pada siswa, salah satunya adalah pengalaman menguasai sesuatu

photo author
- Rabu, 20 September 2023 | 17:00 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

HARIAN MERAPI - Ada empat sumber self efficacy pada siswa, yang mana salah satunya adalah pengalaman menguasai sesuatu

Self efficacy (efikasi diri) adalah keyakinan individu pada kemampuan dirinya sendiri
dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab, mencapai tujuan yang telah dicanangkan, serta mengatasi hambatan untuk mencapai suatu hasil dalam sityasi tertentu.

Setiap pola asuh akan memberi efek yang berbeda terhadap karakter anak.

Baca Juga: Sleman dorong lansia lebih sehat, produktif dan mandiri

Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik lagi, self efficacy adalah perasaan seseorang bahwa dirinya mampu menangani tugas tertentu secara efektif dan efisien.

Konsep self efficacy ini sebenarnya adalah inti dari social cognitive theory dari Albert Bandura yang menekankan peran belajar observasional, pengalaman sosial, dan determinisme timbal balik dalam pengembangan kepribadian seseorang.

Self Efficacy ini dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan melalui salah satu atau
beberapa kombinasi empat sumber self efficacy. Keempat sumber self eficacy tersebut adalah:

Pertama, maxtery experience (pengalaman menguasai sesuatu). Pengalaman
langsung siswa merupakan sumber efikasi diri yang paling kuat. Sumber yang paling berpengaruh dari efikasi diri yaitu performa masa lalu.

Secara umum, performa yang berhasil akan meningkatkan ekspetasi mengenai kemampuan, sedangkan kegagalan yang dialami siswa akan menurunkan hal tersebut.

Baca Juga: Mengenal mesin biodigester, alat pengolah kotoran hewan jadi pupuk organik hingga energi listrik

Performa yang berhasil akan meningkatkan efikasi diri secara proporsional dengan kesulitan dari tugas tersebut.

Kegagalan sangat mungkin untuk menurunkan efikasi diri saat seorang siswa tahu bahwa mereka telah memberikan usaha terbaik mereka.

Kedua, vicarious experience (pemodelan sosial) adalah salah satu metode symbolic
modeling, yakni proses belajar dengan cara mengamati model secara simbolik.

Efikasi diri meningkat saat siswa mengobservasi pencapaian orang lain yang memiliki kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat siswa melihat rekan sebayanya mengalami kegagalan.

Saat orang lain berbeda dengan dirinya, pemodelan sosial akan memiliki efek yang sedikit dalam efikasi dirinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X