SULIT diterima akal sehat ketika ada seorang ibu tega membuang bayinya. Padahal, sang ibu sudah bersusah payah mengandung hingga melahirkan. Namun, begitu bayi lahir ke dunia, malah disia-siakan dan tak dikehendaki, sehingga dibuang atau dibunuh.
Mending kalau ‘hanya’ dibuang dengan tujuan untuk ditemu orang, sehingga hidup. Namun ada yang sengaja membuang bayi agar mati.
Itulah yang dilakukan pasangan suami istri di Jepara beberapa hari lalu. Merasa terbebani dengan kelahiran bayinya, sang ibu yang juga didukung ayahnya membuang anak tak berdosa itu ke sumur berkedalaman 20 meter dekat rumahnya. Untuk menghilangkan jejak, sang ibu melapor ke polisi bahwa anaknya diculik.
Baca Juga: Garasi bus PO Maju Lancar di Bantul terbakar, kerugian capai Rp 65 juta, berikut kronologinya
Namun polisi tak percaya begitu saja, dan setelah dilakukan penyelidikan terungkap bayi malang itu dibuang ibunya hingga meninggal. Sang ibu pun akhirnya tak bisa mengelak dan mengaku terus terang telah membuang bayinya yang berusia 3 bulan. Ia beralasan putus asa karena bayinya tak juga tumbuh berkembang meski usianya sudah tiga bulan.
Selain itu, dugaan kuat ia nekat membuang bayinya lantaran alasan ekonomi. Atas perbuatannya, pasangan suami istri ini ditahan di kepolisian setempat guna mempertanggungjawabkannya secara hukum. Polisi juga menghadirkan psikolog untuk memeriksa kejiwaan sang ibu.
Motif ekonomi terkadang mendominasi seseorang untuk berbuat nekat. Bisa saja lantaran tidak ada biaya kesehatan sang ibu putus asa dan berbuat nekat.
Baca Juga: Wow, KONI Salatiga alokasikan Rp 3,6 miliar untuk dana Porprov 2023 di Pati Raya
Padahal, seiring dengan digencarkannya program keluarga berencana yang dicanangkan pemerintah, di setiap dusun atau kampung diadakan Posyandu untuk memeriksakan kesehatan bayinya. Bila ada hal tidak beres dengan kesehatan bayi maka akan dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
Sayangnya, selain kurangnya kesadaran masyarakat, tidak semua biaya kesehatan bisa ditanggung pemerintah. Dengan adanya program BPJS Kesehatan, bagi masyarakat yang kurang mampu disubsidi oleh pemerintah daerah melalui program PBI, namun nyatanya belum semuanya bisa tercover.
Berkaitan kasus di atas, belum jelas apakah pasangan suami istri pembuang bayi sudah terdaftar sebagai penerima bantuan pemerintah untuk program BPJS Kesehatan atau belum. Di sinilah sebenarnya butuh perhatian semua pihak, terutama pengurus kampung setempat.
Bila ada warganya yang mengalami kesulitan, termasuk pembiayaan kesehatan, sudah semestinya dibantu, bukan malah dibiarkan menyelesaikan persoalannya sendiri. Akibatnya, pasutri itu malah berbuat nekat membunuh bayinya sendiri. (Hudono)