HARIAN MERAPI - Bagi seorang muslim penting untuk menjaga kehormatan diri muslim dalam pergaulan atu dalam berinterksi dengan orang lain.
Kehormatan diri atau harga diri seseorang memang harus dipelihara agar dapat diterima masyarakat sebagaimana mestinya dan juga terhormat di hadapan Allah SWT.
Karena itu dalam berinteraksi dengan orang lain, untuk menjaga kehormatan diri, seorang muslim harus selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji (akhlak al-karimah).
Baca Juga: Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat, empat pekerja proyek BTS yang disandera KKB dibebaskan
Setiap perbuatan yang tercela akan melahirkan akibat buruk. Dan setiap akibat buruk akan mendatangkan sanksi atau hukuman baik dari Allah SWT maupun dari masyarakatnya.
Fiman Allah SWT: ”Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf, 7:165).
Sifat-sifat yang harus dihindari oleh seorang muslim agar terpelihara harga dirinya, telah diajarkan oleh Nabi SAW dalam rangkaian do’a beliau:
“Ya Allah, saya mohon perlindungan pada-Mu dari pada kelemahan, kemalasan rasa takut dan kekikiran. Juga pada kekafiran, kekufuran dan kefasikan, demikian pula ketulian, kebisuan serta kegilaan dan penyakit-penyakit yang buruk.” (HR. Hakim dan Baihaqi).
Dari hadits ini terlihat bahwa ternyata bukan sifat-sifat buruk saja yang dapat merendahkan harga diri seseorang,
tetapi kondisi jasmaniah yang tidak normal juga ikut mempengaruhi, misalnya kebisuan, ketulian, dan berbagai kekurangan yang lain.
Baca Juga: Begini Cara SD Muhammadiyah Condongcatur Ajari Siswanya Baca Alquran Sejak Dini, Wajib Bisa
Difabilitas yang dialami oleh seseorang, manakala tidak diterima dengan hati yang lapang dan penuh keikhlasan akan menjadikan seseorang tidak bisa menerima kenyataan dirinya dan bisa berbuat sesuatu yang menjatuhkan harga dirinya.
Ketidaksempurnaan secara fisik yang diberikan kepada seseorang menjadikan orang itu menarik diri, tertutup, dan kurang percaya diri.
Ketidaksempurnaan ini telah melemahkan mentalnya sehingga dia tampak minder dalam bergaul dengan orang-orang yang normal fungsi inderanya.
Selain itu, bisu dan tuli dapat diartikan juga dengan arti kiasan (majazi) yaitu bisu dan tuli mata hatinya.