HARIAN MERAPI - Puasa Ramadan memiliki hubungan yang sangat erat dengan konsep qalbun syakirun, yaitu hati yang bersyukur. Qalbun syakirun dapat diartikan sebagai hati yang senantiasa bersyukur.
Dalam arti luas, diartikan selalu menerima dengan rasa bersyukur apapun yang telah Allah SWT berikan kepada kita dengan penuh keikhlasan.
Hati manusia dinamakan qalbun karena cepat dan dahsyatnya mengalami pergolakan atau berbolak-balik dan senantiasa terombang-ambing dalam setiap kondisi dan keadaan. Sabda Rasulullah Muhammad SAW: ''Sesungguhnya dinamakan qalbun karena gampang berbolak-balik. Sesungguhnya perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tergantung di atas pohon yang dapat dibolak-balikkan hembusan angin, ke kiri dan ke kanan.'' (HR. Ahmad).
Baca Juga: Kondisi Nabi Muhammad saat terima Wahyu, ternyata begini
Sedangkan kata syukur terambil dari mashdar kata kerja syakaro – yasykuru- syukron. Kata
syakaro diartikan dengan membuka, yang merupakan lawan dari kata kafara/kufur yang diartikan dengan menutup atau melupakan nikmat serta menutup-nutupi kenikmatan itu.
Contoh dari sikap membuka atau menampakkan nikmat Allah SWT antara lain dalam bentuk memberi sebagian dari nikmat itu kepada orang lain, sedangkan menutupinya adalah dengan bersifat kikir atau pelit kepada orang lain.
Banyak orang yang lupa jika sebenarnya hati adalah pengendali dirinya. Karena sebenarnya
karena hati lah seseorang merasakan hidupnya bahagia, terharu, sedih, cemburu, gelisah, dan
berbagai perasaan lain.
Al-Quran banyak menegaskan pentingnya bersyukur pada segala nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Firman Allah SWT: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-Baqarah; 2:152).
Baca Juga: Hari Pertama Pasca Libur Lebaran, 2.500 ASN Gunungkidul Syawalan dengan Bupati
Pada ayat di atas, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan orang yang beriman,
yaitu untuk senantiasa mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan tidak mengingkari berbagai
nikmat-Nya. Qalbun syakirun muncul karena kesadaran kita akan banyaknya karunia Allah yang telah diberikan, dan tidak mungkin dapat menghitungnya.
Firman Allah SWT: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”.(QS An-Nahl; 16:18).
Berikut beberapa cara untuk meningkatkan qalbun syakirun; yakni:
Pertama, meningkatkan kesadaran diri: (1) mengakui nikmat Allah: mengakui nikmat Allah
dan bersyukur atas segala yang kita miliki, dan (2) mengembangkan kesadaran diri: mengembangkan kesadaran diri dan memahami kebutuhan diri sendiri.
Baca Juga: Prabowo dan Megawati Bertemu di Teuku Umar
Kedua, meningkatkan empati: (1) mengembangkan empati: mengembangkan empati dan
memahami perasaan orang lain yang kurang beruntung, dan (2) meningkatkan kesabaran:
meningkatkan kesabaran dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi.