Ketiga, mengembangkan dan melatihkan kesabaran diri. Mengembangkan kesabaran dan
tidak marah atau mengeluh ketika ditimpa musibah atau kesulitan.
Keempat, mengingatkan diri sendiri. Mengingatkan diri bahwa segala yang terjadi adalah
kehendak Allah, dan bahwa seseorang tidak memiliki kuasa untuk mengubah apa yang telah terjadi.
Kelima, berlatih relaksasi. Berlatih relaksasi dan mengelola stres untuk mengurangi perasaan
marah atau frustrasi. Relaksasi menjadikan seseorang bisa merenggangkan otot-otot dan fikiran
menjadi semakin jernih.
Keenam, membaca Al-Qur'an dan Al-Hadits. Membaca Al-Qur'an dan Al-Hadits untuk
memahami ajaran Islam tentang kesabaran dan lapang dada. Banyak ibrah yang dapat diambil dari tokoh-tokoh yang diabadikan dalam Al-Quran dan Al-Hadits.
Ketujuh, berdoa kepada-Nya. Berdoa kepada Allah untuk memohon kesabaran dan lapang
dada. Yakinlah doa akan didengar oleh-Nya dan menjadikan ketenteraman dalam hati yang berdoa.
Kedelapan, mengembangkan empati dengan orang lain. Mengembangkan empati dan
memahami perasaan orang lain untuk mengurangi perasaan marah atau frustrasi. Yakinkan pada diri sendiri bahwa pergaulan dengan banyak orang akan berhadapan dengan orang lain dengan segala macam permasalahanannya di dalam kehidupan mereka.
Kesembilan, membangun jaringan dukungan (social support). Membangun jaringan dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas untuk mendapatkan dukungan dan bantuan ketika
menghadapi kesulitan.
Kesepuluh, membuat refleksi diri. Membuat refleksi diri untuk memahami dan mengenali
perasaan dan pikiran yang sedang dialaminya, serta untuk memperbaiki diri dan meningkatkan
kualitas hidup untuk masa-masa yang akan datang. *
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Psikologi Pendidikan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Ketua FORKOM Dewan Pendidikan Kabupaten-Kota Se-DIY,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY