Abu Bakar selalu yakin bahwa mustahil Rasulullah menyampaikan suatu kebohongan. Karena sikapnya yang seperti inilah maka Abu Bakar diberikan gelar As-Shidiq artinya yang selalu membenarkan perkataan Rasulullah.
Kepemimpinan yang Jujur (shidiq), adalah satu kepemimpinan rasuli yang jujur dan benar serta terhindar dari kedustaan dan kebohongan.
Segala apa yang diucapkan patut didengar dibenarkan, dan satunya antara perkataan dan perbuatan. Indikator kepemimpinan yang bersifat shidiq adalah memiliki integritas kepribadian, niat yang tulus karena Allah SWT, bisa berfikir alternatif, berbicara dengan benar, memiliki sikap yang terpuji, dan memiliki perilaku teladan.
Kedua, amanah. Amanah artinya dapat dipercaya. Nabi Muhammad adalah penerima wahyu yang sempurna. Nabi sama sekali tidak pernah menambah atau mengurangi wahyu yang diterimanya dari Allah SWT.
Apa yang beliau sampaikan kepada seluruh umat manusia adalah apa yang beliau terima dari Allah SWT. Sifat Rasul yang dapat dipercaya sudah beliau tunjukkan sejak kecil ketika membawa barang dagangan Siti Khadijah ke negeri Syam beliau menjaga amanah ini dengan sungguh-sungguh.
Kesungguhan dalam menjaga amanah inilah membuat kagum Siti Khadijah. Sebab beliau tidak pernah mengambil keuntungan sedikit pun dari apa yang diperolehnya, semua keuntungan itu tetap diserahkan kepada Siti Khadijah.
Kemudian ketika berada di Madinah dan membuat perjanjian Hudaibiyah, beliau mematuhi isi perjanjian tersebut meskipun oleh para sahabat dikatakan bahwa isi perjanjian tersebut tidak adil.
Kepemimpinan Terpercaya (amanah), adalah satu kepemimpinan rasuli yang terpercaya dalam mengemban amanat atau kepercayaan yang datangnya dari Allah swt maupun orang lain.
Ia tidak khianat atau mengingkari janji-janjinya, sebab jika berperilaku yang seperti itu termasuk pemimpin yang munafik dan tidak memiliki pendirian yang kuat.
Kepemimpinan yang amanah adalah kepemimpinan yang bertanggung jawab dengan indikator: terpercaya, cepat tanggap, akurat, dan disiplin.
Ketiga, tabligh. Tabligh artinya menyampaikan segala firman Allah SWT yang ditujukan kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW. Tidak ada yang disembunyikan meskipun wahyu tersebut menyinggung Rasulullah Muhammad Shallallaahu’alaihi Wa Sallam sendiri.
Firman Allah SWT: “Supaya Dia mengetahui, bahawa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS. Jin: 28)
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, kerana telah datang seorang buta kepadanya.” (QS. 'Abasa: 1~2). Asbabun Nuzul ayat ini adalah ssebagai berikut:
Ada sebuah kisah yang diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa firman Allah (QS 'Abasa:1) turun berkenaan dengan Abdullah Ibnu Ummi Maktum yang buta datang kepada Rasulullah SAW sambil berkata:“Berilah petunjuk kepadaku, ya Rasulullah.”
ketika itu Rasulullah SAW sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling dari padanya dan tetap melayani pembesar-pembesar Quraisy. “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?”, kata Ummi Maktum,