Bagaimana cara mempertahankan nilai-nilai Ramadan usai Idul Fitri, begini menurut ulama

photo author
- Selasa, 1 April 2025 | 11:00 WIB
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo Soekarno. ( ANTARA/Dian Hadiyatna)
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo Soekarno. ( ANTARA/Dian Hadiyatna)



HARIAN MERAPI - Puasa Ramadhan 1446 telah berlaku dan kini memasuki Syawal.


Hal penting yang tak boleh diabaikan adalah bagaimana mempertahankan nilai-nilai Ramadhan usai Idul Fitri.


Menurut ulama, Idul Fitri bukanlah sekadar pesta tahunan yang diisi dengan mengenakan baju baru, hidangan lezat, atau perjalanan mudik yang mengharukan, namun lebaran adalah momentum spiritual yang sarat makna.

Baca Juga: Prabowo Hampiri Warga yang Datang Halal Bihalal di Istana Negara

Idul Fitri merupakan hari ketika umat Islam merayakan keberhasilan mereka dalam menjalani satu bulan penuh ibadah, pengendalian diri, dan perbaikan hati.

Sehingga setiap orang diharapkan menyambut Idul Fitri dengan jiwa yang bersih bukan perayaan dengan kegembiraan yang kosong tanpa arti.

Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo Soekarno, mengatakan setiap umat Islam yang menunaikan ibadah di bulan Ramadhan harus memiliki rasa syukur atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah Allah yang telah menuntun hingga bisa menuntaskan ibadah puasa, tarawih, tadarus, zakat, dan amalan lainnya.

Sebab, Ramadhan adalah medan latihan rohani, tempat jiwa diasah dan hati disucikan. Maka, Idul Fitri menjadi selebrasi atas kemenangan melawan hawa nafsu, atas kekuatan bertahan dalam ketaatan.

Baca Juga: Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Harus Berurutan atau Boleh Terpisah? Begini Penjelasannya

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur'an Surat Yunus: 58, "Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Namun begitu, Idul Fitri sejatinya bukan akhir dari perjalanan spiritual setiap umat muslim, tetapi awal dari fase baru untuk lebih bertakwa, lebih bersyukur, dan lebih peduli kepada sesama.

Perayaan Idul Fitri berarti juga merayakan persaudaraan. Hari raya ini merupakan momen untuk saling memaafkan, menyambung silaturahim, dan menumbuhkan kembali semangat ukhuwah.

Terlebih setiap umat Islam kembali ke fitrah, yaitu suci dari dosa, bersih dari kebencian, dan lapang dalam memberi maaf. Itulah makna 'fitri' yang sejati kembali kepada kesucian jiwa dan kejernihan niat.

Baca Juga: Ruben Onsu Mualaf, Ramalan Denny Darko tentang Kedekatan dengan Desy Ratnasari tentang Beda Agama Diungkap

Oleh karena itu, kegembiraan yang dirasakan oleh umat Islam setelah sebulan menahan lapar dan dahaga merupakan tanda spiritualnya telah melewati masa latihan intensif dalam menjalani rukun Islam yang ketiga, yaitu puasa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB
X