HARIAN MERAPI - Menjaga ingatan tetap prima dalam belajar, di antaranya bisa dilakukan dengan observasi dan resitasi.
Mengingat menurut Sarlito Wirawan (Psikolog) adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang
sudah pernah diketahui untuk pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Terdapat tiga jenis ingatan yaitu ingatan sensori, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang.
Semua pengetahuan yang masuk ke dalam jiwa seseorang akan disimpan dalam ingatan atau memori (memory).
Baca Juga: Coretax dituding jadi pemicu melambatnya serapan pajak, begini tanggapan Anggito Abimanyu
Agar ingatan atau memori yang sudah dimiliki seseorang dapat tersimpan dengan baik dan
sewaktu-waktu mudah direproduksi kembali, Ki Fudyartanta menjelaskan sedikitnya ada sembilan strategi jitu menjaga ingatan dalam belajar; yakni:
Pertama, bahan yang dipelajari harus mempunyai arti dan makna (meaningfull). Dalam
belajar, sesuatu yang memiliki arti atau bermakna akan mempermudah untuk dipelajari, baik untuk dipelajari (untuk dimasukkan dalam memori), maupun retensi serta reproduksinya (recall).
Adapun pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan mengkaitkannya dengan pelajaran sehingga akan menghasilkan konsep-konsep baru.
Kedua, mengidentifikasikan tugas dalam mengingat. Hal ini senada dengan mengadakan
asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori seseorang.
Baca Juga: 270 Tahun Daerah Istimewa Yogyakarta Canangkan Tumata, Tuwuh, Ngrembaka
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa yang lain.
Ketiga, belajar dengan mengobservasi. Metode observasi dalam proses belajar mengajar
diartikan sebagai cara mengajarkan materi pelajaran dengan mengajak siswa mengamati secara teliti pada suatu obyek kajian.
Adapun kelebihan metode observasi adalah siswa dilibatkan untuk turut berpikir sehingga emosi siswa dapat terlibat langsung. Albert Bandura menyimpulkan bahwa manusia mengambil informasi dan memutuskan tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan
tingkah laku orang lain yang ada di sekitarnya (observational learning).
Keempat, membuat resitasi, yakni membuat ucapan-ucapan tiruan (mengucapkan kembali)
untuk dirinya sendiri terhadap bahan pelajaran yang duipelajarinya.
Baca Juga: Bikin jera koruptor, Presiden Prabowo berniat bangun penjara di pulau terpencil
Dengan resitasi ini akan lebih mudah meringankan siswa yang akhirnya dapat menanamkan akan pentingnya arti dan manfaat belajar bagi dirinya sehingga anak-anak akan termotivasi untuk semangat dan giat di dalam belajarnya sehingga prestasi (hasil) belajar akan tinggi.