HARIAN MERAPI - Optimis menatap masa depan ciri orang beriman. Orientasi hidup untuk masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan.
Gambaran ini memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Untuk meraih kesuksesan masa depan ini seseorang harus memiliki orientasi pada masa depannya agar nantinya mereka dapat mempertahankan serta mengembangkan segenap harapan dan imkpiannya itu dalam menghadapi per- saingan di masa datang.
Baca Juga: Hati-hati, penyakit parkinson bisa menjangkiti usia muda. Ini penyebabnya...
Masa depan adalah waktu setelah masa kini. Kedatangannya dianggap tak terelakkan karena
keberadaan waktu dan hukum fisika. Sebagai akibat dari sifat realitas yang tampak dan keniscayaan masa depan, maka segala sesuatu yang ada saat ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni menyenangkan dan menyedihkan.
Kitab Suci Al-Qur’an telah memberikan dorongan dan motivasi yang indah kaitannya dengan menghidupkan harapan untuk hidup optimis di masa depan; yakni:
Pertama, suatu hal yang tidak disukai bisa jadi menyimpan sebuah kebaikan. Begitu pula
berbagai cobaan yang terasa berat, pasti akan datang hal-hal baik yang segera diperolehnya.
Firman Allah SWT: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah; 2:216).
Baca Juga: Anggota DPR RI Soroti Pelayanan Publik dan Pertanahan yang Belum Maksimal
Kedua, bahwa setiap ujian yang diberikan Allah SWT tidak akan melampaui kesanggupan
manusia. Yakinlah kita mampu menghadapi ujian yang datang.
Firman Allah SWT: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah; 2:286).
Ketiga, tiap kesulitan tidak akan berlangsung selamanya. Dalam tiap kesulitan yang
dihadapinya, pasti akan ada kemudahan yang menyertainya.
Firman Allah SWT: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' (QS. Al-Insyirah; 94:5-6).
Baca Juga: Pemerintah perlu bentuk Badan Pelindungan Data Pribadi untuk antisipasi kebocoran data
Keempat, Allah SWT pasti akan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya meski dalam
situasi yang begitu sulit. Boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut.