Manusia disuruh bekerja keras itu harus menikmati hasilnya dengan bergembira dan bersyukur atas karunia Allah tersebut.
Dalam Islam orang bekerja bukan untuk mencari pengakuan dari orang lain atas berbagai
capaian prestasi yang diraihnya, melainkan untuk mencari keridhaan Allah semata. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikutnya: “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS. Al-Insyirah; 94:8).
Pencarian penghargaan dari orang lain akan menimbulkan rasa keridakpuasan dan
inilah sumber utama berbagai patologi sosial yang terjadi dalam masyarakat modern. Tidak semua orang dapat mengapresiasi secara positif atas capaian yang didapatkan seseorang.
Tragedi kemanusiaan semisal bunuh diri yang diakibatkan merasa kalah bersaing dalam dunia kerja merupakan fenomena yang sangat menyedihkan dalam kehidupan modern sekarang ini.
Anak-anak dengan kreativits yang tinggi sudah barang tentu akan lebih mampu untuk
memasukkan virus N-Ach pada dirinya. Keinginan untuk berprestasi merupakan pemicu utama anak-anak melakukan berbagai capaian usaha yang maksimal.
Hanya saja, pengembangan kreativitas yang tidak mendasarkan diri pada tuntunan agama (Islam) akan melahirkan pribadi yang beretos kerja tinggi tetapi miskin iman, dan hal ini sangat tidak diharapkan.
Yang dituntut sekarang ini adalah generasi muda dengan daya kreativitas yang tinggi dengan kadar keimanan yang handal. Pribadi seperti inilah yang merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kreativitas dan etos kerja anak. *
Penulis: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.
Dosen Psikologi Pendidikan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta
Wakil Ketua ICMI Orwil DIY