HARIAN MERAPI - Kadang tanpa disadari orang tua memperlakukan secara tidak tepat dalam mendidik anak.
Perlakuan yang kurang tepat kepada anak-anak dan remaja dari orang tua tidak jarang menyeret mereka kepada pergaulan yang tidak sehat; seperti perkelahian, pemalakan, gertakan (bullying) dan berbagai kekerasan lain.
Banyaknya waktu luang (leissure time) yang dimiliki oleh anak seusia sekolah itu, bila tidak mendapat perhatian dan bimbingan dari orang tua untuk diisi dengan program yang jelas dan bermanfaat, akan membuat anak 'kurang kerjaan'.
Baca Juga: Ungkap perdagangan 30 jenis satwa yang dilindungi, Polresta Yogyakarta dapat penghargaan dari KLHK
Mereka sering nongkrong dan bergerombol di halte, terminal, mulut gang, pinggir jalan, dan sebagainya, dan tidak sedikit diikuti dengan mengganggu orang lain yang lewat atau melintas di situ.
Ada beberapa perlakuan yang kurang tepat dari orang tua yang tidak menguntungkan
perkembangan anak-anak dan remaja di kelak kemudian hari; yakni:
Pertama, orang tua yang terlalu melindungi (over protective). Karena satu dan lain hal, ada orang tua yang dalam mendidik anak terlalu melindungi yang mengakibatkan anak-anak kurang mandiri.
Orang tua yang over protective, penyebabnya bisa bermacam-macam; mungkin karena ia anak satu-satunya yang laki-laki atau yang perempuan, karena anak tunggal, anak bungsu atau sulung, dan sebagainya. Akhirnya anak merasa selalu mendapatkan perlindungan dan kurang memiliki keyakinan dan senantiasa tergantung kepada orang lain.
Kedua, orangtua yang menolak kehadiran anak (rejective). Dalam kehidupan modern ini sering dijumpai pasangan pengantin yang belum menginginkan kelahiran anak, tetapi Allah Yang Maha Pemurah telah berkenan memberikan amanah berupa anak yang mungil.
Apalagi sering terjadi adanya pasangan muda mudi yang nikah karena “kecelakaan” akibat pergaulan bebas. Dalam kasus yang seperti ini, baik salah satu atau mungkin juga keduanya (suami dan istri) secara sadar ataukah tidak menunjukkan ekspresi penolakan terhadap kelahiran anak. Perlakuan yang seperti ini akan menyadarkan anak bahwa kelahirannya tidak diharapkan dan mengganggu kebahagiaan orang tuanya.
Ketiga, orang tua yang bersifat serba boleh (permissiveness). Sebagai lanjutan orang tua yang selalu melindungi anak, berkembang sifat manja kepada orang tua. Sebagai contoh orang tua yang selalu memanjakan anak dengan bersikap serba boleh dengan apa yang diinginkan anak, terlepas apakah hal itu melanggar norma-norma sosial ataukah tidak.
Berbuat apa saja diperbolehkan asalkan anak senang dan terpuaskan atas apa yang diinginkannya. Dalam kejadian yang seperti ini, sering terjadi perbedaan sikap antara ayah dan ibu. Yang paling banyak memberikan kebebasan adalah ibu, sedangkan ayah kadang lebih rasional dalam menyikapi anak.
Baca Juga: Cerita hidayah memiliki hobi yang menyesatkan membuat sulit mencari jodoh
Keempat, orang tua yang menjadi anak buah anak (submissive). Karena orang tua tidak mampu mengendalikan keinginan anak, akhirnya anak dominant dalam kehidupan keluarga. Apa saja yang diminta harus tersedia, tanpa mengenal tidak dalam kehidupannya. Dalam kondisi yang seperti ini, orang tua telah menjadi “anak buah” dari anak-anaknya.