Tujuh perlakuan orang tua yang tidak tepat dalam mendidik anak, di antaranya over protective dan rejective

photo author
- Rabu, 15 Mei 2024 | 06:29 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Kota Yogyakarta (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Kota Yogyakarta (Dokumen Pribadi)

Orang tua telah dijadikan “budak” oleh anak-anaknya sendiri agar selalu menuruti kehendaknya. Ingat, salah satu ciri dunia telah mendekati kiamat menurut Nabi Muhammad SAW adalah ketika anak sudah berani memperbudak orang tuanya.

Kelima, orang tua yang selalu menguasai anak (dominant). Dalam masyarakat banyak juga orang tua yang merasa lebih banyak tahu apa yang terbaik untuk anak-anaknya, sehingga cenderung “menguasai” anak. Sikap yang seperti ini biasanya tanpa disadari. Sebagai contoh, ketika anak menginjak usia remaja ada temannya yang mengajak belajar bersama.

Orang tuanya langsung menjawab bahwa anak-anak sedang bercengkerama dengan keluarganya. Di sini nampak orang tua cenderung menguasai anak. Akan lebih bijaksana jika orang tua mempertemukan anak dengan temannya untuk memberikan argumentasi atas penolakan itu.

Keenam, orang tua yang ambisius. Ambisi orang tua atas perkembangan anaknya sangat nampak dalam dunia pendidikan. Betapa banyak orang tua yang memaksakan pilihan sekolah anaknya atau pilihan jurusan yang akan dipilihnya. Anak dalam belajarnya terlalu banyak didikte orang tua.

Akhirnya anak kurang bergairah dalam belajar. Oleh karena itu orang tua seharusnya memberikan kesempatan dan pilihan kepada anak untuk menentukan sendiri arah dan tujuan hidupnya.

Ketujuh, orang tua yang menganakemaskan (favoritism). Secara sadar ataukah tidak, orang tua sering membeda-bedakan perlakuan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ada anak yang selalu dituruti segala keinginannya, sementara ada anak yang dikekang atau kurang diperhatikan.

Perlakuan yang seperti ini akan merugikan kedua anaknya baik yang terlalu dimanjakan maupun yang kurang mendapatkan perhatian. Bagi anak yang terlalu dimanjakan akan kurang mandiri, sedangkan bagi anak yang kurang mendapatkan perhatian akan merasa rendah diri.

Efek negatif yang muncul adalah anak akan menjadi pemberontak baik yang selalu dimanjakan maupun yang kurang mendapatkan perhatian. (Oleh : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Kota Yogyakarta) *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X