HARIAN MERAPI - Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
Sedangkan keterampilan berpikir merupakan keterampilan dalam menggabungkan sikap-sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk dapat membentuk lingkungannya agar lebih efektif.
Keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Menurut Krulik dan Rudmicka keterampilan berpikir terdiri atas 4 tingkatan yaitu menghapal (Recall thingking), dasar (basic thingking), kritis (critical thingking) dan kreatif .
Baca Juga: 206 Calon Jamaah Haji Warga Muhammadiyah Dilepas Bupati Gunungkidul, Usia Tertua 84 Tahun
Menurut Richard Nelson-Jones untuk meningkatkan keterampilan berpikir sebagai bagian
dari keterampilan hidup, ada dua belas cara yang dapat dilakukan; yaitu:
Pertama, memahami hubungan antara bagaimana kita berpikir, merasakan dan bertindak.
Seseorang harus belajar tentang bagaimana dapat mempengaruhi perasaan sendiri, reaksi dan tindakan fisik, dengan memahami bagaimana dirinya berpikir. Sadarlah bahwa perasaan dan tindakan yang dilakukan pada gilirannya akan mempengaruhi pikirannya.
Kedua, memiliki tanggung jawab untuk memilih. Seseorang memiliki tanggung jawab secara
pribadi untuk menentukan kehidupannya. Sadarlah bahwa diri seseorang adalah dalang bagi
keberadaannya, dapat memilih bagaimana cara berpikir, bertindak, dan merasakan. Dan dia sendirilah yang memahami sampai sejauh mana kemampuan sekaligus keterbatasannya.
Ketiga, berhubungan dengan perasaan sendiri. Seseorang mengakui pentingnya berhubungan dengan bagaimana merasakan dirinya. Seseorang dapat mengakses perasaan yang penting, misalnya keinginan dan cita-cita, serta menyatakan dengan akurat bahwa semua itu adalah sebagai bagian dari berpikir tentang diri sendiri.
Keempat, menggunakan metode self talk (bicara kepada diri sendiri). Ketika seseorang
berbicara dengan diri sendiri pada sisi negatifnya, bersamaan dengan itu juga sekaligus menguatkan agar tetap tenang, juga menegaskan apa yang harus dilakukan untuk menggali potensi diri manakah yang dapat dikembangkan.
Kelima, memilih keinginan-keinginan yang realistis. Aturan yang tidak realistis membuat
tuntutan yang tidak masuk akal pada diri seseorang, orang lain dan lingkungannya. Misalnya
keinginan untuk disukai semua orang, keinginan orang lain tidak pernah berbuat kesalahan, dan hidup harus adil membuat sesorang hidupnya tidak realistis.
Keenam, melihat/menilai secara akurat. Seseorang harus menghindari memberi label
(labelling) kepada diri sendiri, dan orang lain secara negatif ataupun positif. Seseorang harus mampu membedakan antara fakta dan kesimpulan, serta membuat kesimpulan tentang diri dan orang lain seakurat mungkin.
Ketujuh, menjelaskan faktor penyebab secara akurat. Seseorang harus mampu menjelaskan
faktor-faktor penyebab suatu peristiwa secara akurat. Seseorang harus menghindari terlalu besarnya memikul tanggung jawab dengan mengatakan; “semua itu kesalahan saya.” Atau bahkan mengeksterrnalisasi; “semua itu kesalahan kamu.”
Kedelapan, memprediksi secara realistis. Seseorang harus realistis untuk memahami resiko
dan imbalan dari apa yang dikerjakannya. Menilai ancaman dan dan bahaya secara akurat. Seseorang harus menghindari bukti relevan yang terdistorsi dengan optimisme dan pesimisme yang berlebihan.