Karena makna dari kata Id itu sendiri adalah hari raya, hari perayaan, hari yang dirayakan. Dan perayaan tentu identik dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya.
Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah ‘azza wajalla
berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang langsung akan
memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’
Dan bagi orang yang berpuasa ada dua momen kegembiraan: kebahagiaan ketika ia berbuka
(baca: berhari raya fitri), dan kegembiraan lain ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada aroma kesturi.” (HR. Muttafaq ’alaih).
Sabda beliau yang lain : ”Barang siapa bersenang hati dengan amal kebaikannya, dan
bersedih hati dengan keburukan yang diperbuatnya, maka berarti dia orang beriman” (HR. Ath-Thabrani).
Keempat, hikmah kebersamaan dan persatuan. Ramadhan menjadi bulan yang istimewa
ditambah dengan suasana kebersaman dan kekeluargaan yang menyertainya dalam berbagai kegiatan, seperti buka puasa, sahur, tarawih, sampai beri’tikaf bersama, berzakat fitrah bersama, dan terakhir adalah merayakan Idul fitri bersama.
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Berpuasa itu adalah pada hari dimana kalian semua berpuasa (secara bersama-sama), dan beriedul fitri itu adalah pada hari dimana kalian semua ber’iedul fitri (secara bersama-sama), demikian juga dengan Iedul Adlha, yaitu pada hari dimana kalian semuanya beri’edul adha (secara bersama-sama).” (HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Kelima, hikmah kepedulian. Islam adalah agama peduli dan sejatinya umatnya pun
menunjukkan sikap kepedulian. Sifat dan karakter kepedulian itu begitu tampak nyata dan terbukti secara mencolok selama bulan mulia yang kita kerjakan beberapa saat lalu.
Di mana semangat berbagi dan spirit memberi melaui sunnah berinfak dan bersedekah serta kewajiban berzakat, begitu indah menghiasi hari-hari penuh peduli sepanjang bulan Ramadhan.
Dan itu semua tidak lain dalam rangka meniru dan mencontoh keteladanan terbaik dari Baginda Rasul tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mari kita jaga dan pertahankan hikmah kepedulian ini, sebagai bukti taqwa dan sekaligus wujud syukur yang telah kita raih melalui seluruh amaliah Ramadhan yang baru saja berlalu.
Semoga perayaan ‘Idul Fitri sekarang dan kegiatan Syawalan yang kita lakukan beberapa hari
ini menjadi momen untuk saling memaafkan dan menjadi pribadi baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
Dan semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan dalam suasana yang lebih baik. InsyaAllah! (Oleh : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si/Ketua Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Kota Yogyakarta) *