Sebaliknya orang yang memiliki sifat syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
Kelima, bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap over estimate terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan.
Sebaliknya ada yang bersikap under estimate terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif.
Baca Juga: Pengalaman misteri Kang Badrun akibat berbuat tak selayaknya saat berziarah di makam pepunden
Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
Keenam, menahan nafsu di saat marah. Seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya. (Oleh : Dr. H.Khamim Zarkasih Putro, M. Si) *