HARIAN MERAPI - kisah pengalaman misteri Kang Badrun akibat berbuat tak selayaknya saat berziarah di makam pepunden.
Perbuatan apa yang elah dilakukan Kang Badrun.
Dan akibat apa juga yang diterima oleh Kang Badrun lantaran dari perbuatannya di tempat berziarah makam pepunden itu.
Baca Juga: Polri Catat 69.930 Kendaraan Tinggalkan Jakarta via Tol Cikampek Utama
Pekerjaan di kala nganggur yang cukup mengasyikkan adalah mencari upil alias kotoran dalam lubang hidung. Begitupun halnya dengan Kang Badrun, ketika berziarah ke makam pepunden tiba-tiba hujan turun lebat sekali.
Waktu itu hampir tengah malam, selesai berdoa dan menyampaikan ujub sekalian memberikan setempel kembang menyan kepada simbah juru kunci,
Kang Badrun keluar dari kompleks makam dan duduk santai di teras depan makam bersama peziarah lain. Daripada ngelangut, Kang Badrun uthak-uthek mencari upil.
Jika sudah mendapat secuwil upil yang nyangkut di ujung jarinya, diam-diam Kang Badrun menempelkannya di umpak batu ganjal tiang saka tempat dia duduk menyandarkan punggungnya.
Baca Juga: Pemerintah siapkan regulasi khusus untuk atur AI, begini konsepnya
Gandrik.... Kang Badrun njenggirat kaget, mendadak ada priyayi sepuh mengenakan surjan hitam berdiri di depannya.
“Lerena anggonmu golek upil! Simpen lan rawat upil gajah sing nang nggon sakmu!” kata orang itu lalu lap menghilang dari pandangan mata.
Ketika Kang Badrun merogoh saku jaketnya ada sebongkah benda, empuk-empuk agak pliket sedikit. Inikah Upil Gajah itu? Kang Badrun tidak berani mengambilnya, dibiarkannya berada dalam saku jaketnya.
“Mas, mas, Sampeyan tahu tidak siapa priyayi sepuh yang ngrawuhi saya tadi?” tanya Kang Badrun kepada salah satu peziarah yang duduk di sampingnya.
Baca Juga: 28 Penyalahguna Narkotika Mendapat Pelayanan Rehabilitasi dari BNNK Temanggung
“Ah, sampeyan tadi tertidur. Tidak dirawuhi siapa-siapa kok?”
Kang Badrun terdiam, hatinya kesal. Kang Badrun percaya, priyayi tadi adalah makhluk astral yang berkepentingan dengannya, entah apa kepentingan itu.