HARIAN MERAPI - Ada enam cara mengatasi frustrasi, diantaranya adalah dengan bercerita dengan orang lain.
Frustrasi, berasal dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Makin penting tujuannya, makin besar frustrasi yang akan dirasakannya.
Dalam dunia psikologi, frustrasi adalah respons emosional yang umum terhadap pertentangan, terkait dengan kemarahan, kekesalan, dan kekecewaan .
Frustrasi muncul dari penolakan yang dirasakan terhadap pemenuhan keinginan atau tujuan individu dan kemungkinan besar akan meningkat ketika keinginan atau tujuan ditolak atau dihalangi.
Penyebab frustrasi dapat dibagi ke dalam tiga kelompok permasalahan; yaitu:
Pertama, frustrasi yang disebabkan lingkungan. Frustrasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai tujuan kerap kali menjadi penyebab agresi.
Ketika seorang pelajar gagal menunjukkan prestasi maksimalnya, ia akan merasa sedih, marah, dan bahkan depresi.
Dalam keadaan seperti itu, besar kemungkinan ia akan menjadi frustrasi dan mengambil tindakan-tindakan yang bernuansa agresi, seperti penyerangan terhadap orang lain.
Baca Juga: Komitmen Muhammadiyah dan Danone Indonesia dalam Mengatasi Perubahan Iklim
Kondisi ini menjadi mungkin dengan pemikiran bahwa agresi yang dilakukannya itu akan mengurangi emosi marah yang dialaminya.
Hambatan lingkungan dapat menggagalkan pencapaian atau pemuasan motif, dengan membuat suatu keadaan sulit atau tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai tujuan.
Hambatan ini dapat berupa sesuatu yang nyata, seperti pintu yang terkunci atau kekurangan uang, atau orang lain yang mencegah kita seperti orangtua, polisi
atau guru, tetapi dapat juga berupa sesuatu yang tidak kasat mata, seperti kepandaian yang terbatas dan sejenisnya.
Kedua, frustrasi pribadi. Tujuan yang tidak dapat tercapai dapat menjadi sumber penting dari frustrasi. Ini dapat terjadi karena tujuan-tujuan ini melebihi kemampuan manusia itu sendiri laksana pungguk merindukan bulan.