HARIAN MERAPI - Ada enam strategi internalisasi nilai-nilai religiusitas, diantaranya adalah dengan keteladanan.
Nilai-nilai religiusitas merupakan kebutuhan internal anak-anak semenjak usia dini dan mereka juga berhak untuk memperoleh pendidikan yang baik, terutama pendidikan religiusitas (keagamaan).
Orangtua berkewajiban memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya, terutama
pendidikan keagamaan agar anak-anak ketika mencapai kedewasaannya memiliki fondasi moral dan agama yang tangguh dan komprehensif.
Baca Juga: Seorang ibu rumah tangga di Kulon Progo meninggal saat karaoke, diduga kesetrum
Penanaman nilai-nilai religiusitas sejak dini dipandang sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku anak dengan menggunakan bahan atau materi yang
terkandung di dalam ajaran agama itu sendiri.
Para ahli pendidikan menjabarkan ada enam strategi di dalam melalukan internalisasi nilai-nilai religiusitas dalam rangka membantuk karakter anak; yakni:
Pertama, keteladanan. Keteladanan memiliki nilai yang sangat penting dalam pendidikan religiusitas. Memperkenalkan peri laku yang baik melalui keteladanan sama halnya dengan memahami sistem nilai dalam bentuk yang nyata.
Strategi dengan keteladanan adalah internalisasi nilai-nilai religiusitas dengan memberikan contoh kongkrit kepada anak-anak yang sedang berkembang menuju kedewasaannya.
Baca Juga: Dimeriahkan 40 grup musik, Ngayogjazz ke-17 digelar di Gancahan, Sidomulyo, Godean, Sleman
Kedua, Pembiasaan. Pembiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.
Mendidik dengan strategi pengulangan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan dan membiasakan untuk dilakukan setiap hari.
Apabila anak didik dibiasakan untuk memiliki karakter yang mulia sejak usia dini, maka karakter yang baik itu akan mempribadi daklam arti akan dimilikinya secara lebih kuat dan relatif permanen.
Ketiga, Ibrah dan amtsal. Yang dimaksud dengan ibrah (mengambil pelaharan) dan amtsal (perumpamaan) adalah mengambil pelajaran dari beberapa kisah teladan, fenomena, peristiwa-peristiwa yang terjadi baik kejadian di masa lampau maupun masa kini.
Baca Juga: Anda masih kesulitan mengolah daging supaya empuk? Lakukan langkah berikut ini
Dari sini diharapkan anak akan dapat mengambil hikmah yang terjadi dalam suatu peristiwa, baik peristiwa yang berupa musibah maupun pengalaman-pengalaman hidup yang lain.