HARIAN MERAPI - Ada lima proses belajar penunjang perkembangan emosi anak usia dini, yang mana diantaranya adalah dengan meniru.
Perkembangan emosi anak prasekolah memiliki perbedaan dengan perkembangan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, walaupun perkembangan emosi terjadi serentak dengan beberapa aspek perkembangan lain,
seperti perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif dan saling bergantung di antara perkembangan tersebut. Seringkali emosi diartikan dengan keadaan marah.
Baca Juga: Sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi alami hujan lebat hari ini, berikut rinciannya
Anak yang sering marah pun seringkali disebut dengan anak yang memiliki emosional tinggi. Penggunan kata emosional untuk anak yang sering marah tentu saja merupakan sebuah kekeliruan yang sangat sering dilontarkan oleh banyak orang.
Emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks pada diri seorang anak usia
dini yang terdiri dari perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung,
perubahan kelenjar serta kondisi mental seperti keadaan gembira yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan juga disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.
Emosi bisa dikatakan dengan sebuah kecerdasan karena dengan adanya emosi maka sesorang bisa berperilaku sesuai dengan apa yang sedang dirasakan sehingga tujuan dan kebutuhan bisa saling berhubungan.
Hal seperti ini yang harus selalu dipantau agar perkembangan emosi seseoramg bisa stabil dan tentu saja akan berdampak baik terhadap hidupnya.
Faktor lingkungan dalam proses belajar berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak.
Baca Juga: Kenapa Erick Thohir jadi Cawapres terkuat? Jawabannya karena faktor NU dan sepak bola
Thompson dan Lagatutta, menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini
sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya.
Pengalaman hidup dalam lingkungan keluarga yang penuh kemesraan dan kehangatan itu akan dibawanya pada fase-fase perkembangan berikutnya.
Hurlock, mengungkapkan proses belajar yang menunjang perkembangan emosi anak usia dini terdiri dari lima cara, yakni:
Pertama, belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
Kedua, belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Di sini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.