“Sengarturih lan Banarogo iku ngunu ingu-inguan njenengan, sing njenengan gawe mbabat nyowo keluarga Kuncoro (Sengarturih dan Banarogo itu peliharaan Nenek, yang dipakai untuk menghabisi nyawa Keluarga Kuncoro),” kata Sri.
“Tapi, keturunane sing ragil, nyekel Banarogo, ben Sengarturih isok nyikso Dela, gantine dekne sing nerimo duso iki (Tapi, keturunan Kuncoro yang terakhir, menangkap Banarogo, agar Sengarturih bisa menyiksa Dela, sebagai gantinya, dia yang menerima semua dosanya),”
Sri tahu semua, mengetahui itu, Mbah Krasa hanya tersenyum, lalu tertawa, ia merasa terhibur dengan apa yang diungkap gadis itu.
“Mati nang kene, opo nang omah Ndok? (Mau mati di sini, atau di rumah Nak?),” tanya Mbh Krasa.
Sri hanya diam, ia tidak mengatakan apapun lagi, diam, mencerna kata demi kata yang disampaikan Mbah Krasa.*