Benar dugaan Sri, jalan yang mereka tempuh tidak menuju arah hutan, melainkan jalan menuju luar kota.
Menuju sebuah desa, sebab mobil itu masuk sebuah gapura, suasana sepi, dari kehidupan desa ketika malam, menyambut mereka.
Banyak rumah yang masih menggunakan gedek anyaman bambu, di samping kiri dan kanan, setiap jengkal rumah, saling berjauhan.
Baca Juga: Penyidik Kejagung Pastikan Sita Ponsel Tersangka Impor Baja
Sri hanya bisa mengamati dari dalam mobil, suasana desa itu, serasa sama dengan saat mereka ada di dalam hutan.
Sri belum melihat satu manusia pun di sini, desa ini seperti sebuah desa yang, mati.
Mobil terus melaju pelan, dan berbelok masuk sebuah gang, pemandangannya masih sama, sunyi.
Batu kerikil keras di sepanjang jalan, menambah kesan, bahwa desa ini, sebuah perkampungan di pinggiran, jauh dari mana-mana.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Gala Dinner Bareng Miyabi di Jakarta yang Memicu Kehebohan
Lalu mobil berhenti, di halaman sebuah rumah, bangunan dari kayu jati, dengan gaya sebuah pondokan, atapnya lebar.
Cukup megah untuk sebuah bangunan rumah kayu, dan bangunan itu, lebih megah dibandingkan rumah-rumah yang sebelumnya Sri lihat, ketika memasuki perkampungan itu.
Sri paham, di sinilah tempatnya, sebuah petualangan baru akan dimulai.
Sri paham, karena ia melihat Mbah Tamin, sudah berdiri di depan rumah itu, menunggu mereka.
Baca Juga: Penampakan Nikuba, Konverter Pengubah Air Jadi Bahan Bakar Ciptaan Aryanto Misel Warga Cirebon
Tapi, ada yang aneh, Sri melihat Dela Atmojo, gadis itu berdiri di samping Mbah Tamin.