Namun, motor milik Pak Prabu yang dikemudikan Wahyu benar-benar mereka betulkan.
“Jadi apa mungkin hantu bisa betulkan motor,” batin Widya.
Sampai di desa KKN, Wahyu segera mengembalikan motor Pak Prabu, sedangkan Widya sudah ditunggu semua anak yang khawatir karena gadis itu tak kunjung pulang.
“Tekan ndi she? Kok suwene (Dari mana sih? Kok lama sekali),” tanya Ayu.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 11: Bapak Tua dan Wanita Penari Berwajah Rata
“Tekan Kota B, beleonjo keperluan kene (Ke Kota B, belanja keperluan kita),” jawab Widya.
Nur membuang muka ketika melihat Widya dan bagi Widya hal itu sudah bisa.
Kadang Nur memang seperti itu setelah ia menceritakan kejadian kemarin, dan sekarang Widya merasa Nur sedikit menjauh.
Suasana tegang itu dicairkan oleh Bima. “Wes ta lah, kok kaku ngene seh (Sudahlah, kok jadi canggung begini),”
Bima menggandeng Widya dan menggandengnya masuk rumah, “Awakmu pegel kan (kamu pasti lelah kan),”
Tak berapa lama, Wahyu sudah kembali ke pondokan KKN.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 10: Bahaya, Apa Benar Widya Sedang Diincar Demit?
Alih-alih istirahat, Wahyu dengan menggebu menceritakan kejadian yang baru dialaminya di dalam hutan.
Mulai insiden motor mogok, dibantu orang kampung, cerita tentang penari yang sangat cantik, semuanya ia ceritakan.
Tapi, bukan sambutan yang didapat, justru mereka semua menatap kebingungan mendengar cerita Wahyu.