“2 jam,” kata Wahyu, “Aku wes ijin Pak Prabu, oleh nyilih montore (Aku sudah izin Pak Prabu, boleh pinjam motornya),”
“Nggih pon, melu (ya sudah, ikut),” jawab Widya.
Wahyu melihat jam tangannya, sudah pukul 11 lewat, ia harus cepat menyelesaikan urusannya di kota.
Baca Juga: Hari Palang Merah Internasional, Puan Maharani Ungkap Pentingnya Peran Relawan Bagi Kemanusiaan
Sebab, ketika meminta izin kepada Pak Prabu, beliau wanti-wanti supaya Wahyu harus sudah kembali sebelum petang.
Saat Wahyu menanyakan alasannya, Pak Prabu dengan wajah tidak tertebak mengatakan,
“Gak onok sing reti opo sing onok gok jerone alas le (Tidak ada yang tahu apa yang tinggal di dalam hutan Nak),”
Keduanya pun berangkat, menyusuri jalan setapak hutan, keluar ke jalan besar dan menuju ke Kota B.
Mereka berhenti di sebuah pasar, Wahyu dan Widya mulai mencari berbagai barang yang diperlukan.
Selama 2 jam mereka berbelanja, dan akhirnya keduanya kembali ke desa.
Namun, Wahyu berhenti di pom bensin karena ia merasa harus mengembalikan sepeda motor daam keadaan bensin full.
Baca Juga: Manchester City di Ambang Juara Liga Premier Inggris Setelah Cukur Newcastle United 5-0
Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan itu sudah terlalu sore.
Sejenak ia melihat Widya dari jauh, sebelum memboncengkan Widya, Wahyu sempatkan berhenti di samping penjual cilok.
Saat membeli cilok untuk Widya dan dirinya sendiri, si penjual membuka percakapan.