KKN di Desa Penari (Versi Widya), Setelah Awal Kisah, Ini Lanjutannya: Jalan Panjang Menuju Desa Penari

photo author
- Minggu, 8 Mei 2022 | 06:30 WIB
KKN di Desa Penari, sebuah film yang diangkat dari kultwit akin Simple Man.  (Foto: Instagram @platinumcineplex_id)
KKN di Desa Penari, sebuah film yang diangkat dari kultwit akin Simple Man. (Foto: Instagram @platinumcineplex_id)

Malam mulai merayap, suasana gelap, hutan yang sunyi sepi, dan kini terlintas rasa sesal dalam pikiran Widya. Siapkah menghabiskan 6 minggu di sebuah desa, jauh di dalam hutan?

Lalu, lamat-lamat kemudian semakin kencang, terdengar suara gamelan di tengah hutan, seperti ada yang sedang mengadakan hajatan.

Motor terus berjalan hingga suara itu kembali lamat-lamat, lalu menghilang.

Baru setelah itu, terlihat gapura kayu, bertulis Desa W****, tempat KKN mereka 6 minggu ke depan.

Mereka berhenti, turun dari motor dan mendekati seorang pria, berwajah tenang, kumis tebal, dan berpakaian batik khas ketimuran.

Baca Juga: Susahnya Punya Hiperteni dan Gigi Palsu Merayakan Ulang Tahun dan Tanam Rumput Malah untuk Pakan Kelinci

“Kenalno, niki Pak Prabu, kepala desanya. Koncone masku. Pak Prabu, niki rencang kulo saking Kota S, mu melaksanakan KKN di kampung njenengan (Perkenalkan, ini Pak Prabu kepala desanya. Teman kakakku. Pak Prabu ini teman-teman saya dari Kota S, mau melaksanakan KKN di desa Bapak),” kata Ayu memperkenalkan teman-temannya.

Pak Prabu memperkenalkan diri dan menceritakan sejarah desanya, lalu di tengah penjelasan itu, Widya bertanya.

Pertanyaan itu adalah mengapa Desa W letaknya jauh di pelosok hutan.

“Pelosok yok nopo toh mbak, jarak ke dalan gede cuma setengah jam kok (pelosok, bagaimana maksudnya mbak, jarak ke jalan besar cuma setengah jam kok),” jawab Pak Prabu.

Baca Juga: UMBY Gelar Halal Bi Halal Secara Offline, Jabat Tangannya Cukup Namaste dan Tak Ada Sajian Prasmanan

“Mbak’e paling pegel, wes, tak anter nang ndi sedoyo bakal tinggal (mbaknya mungkin elah, jadi, mari saya antar ke tempat di mana nanti kalian akan tinggal),” lanjur Pak Prabu.

Tempat menginap untuk laki-laki adalah rumah gubuk yang dahulu kerap digunakan untuk posyandu.

Namun, bangunan itu sudah diubah, meski beralaskan tanah tapi sudah ada ranjang beralaskan tikar untuk tidur.

Sementara tim KKN perempuan menginap di rumah salah satu warga.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X