Laleilmanino dan HIVI! Bahas Campursari, Klenengan Dangdut dan Pop Jawa dalam SVARA Rooms Edisi Jogja

photo author
- Minggu, 14 November 2021 | 10:47 WIB
SVARA 'Perjalanan Bermakna di Balik Nada' (Dok JOOX)
SVARA 'Perjalanan Bermakna di Balik Nada' (Dok JOOX)

JOGJA, harianmerapi.com - Setelah mengunjungi Bali, Laleilmanino melanjutkan perjalanannya ke Jogja dan bertemu dengan HIVI! dan budayawan Dr. Dhanang Respati Puguh, M. Hum yang mengenalkan mereka dengan musik Campursari dan Klenengan Dangdut, Jumat (12/11/2021).

Perjalanan mereka di Jogja mengingatkan mereka bahwa seni pada umumnya adalah milik siapapun dan dapat dinikmati oleh semua orang, serta keberanian bermimpi itulah yang dapat membuat suatu hal berkembang.

Dari inspirasi tersebut, Laleilmanino dan HIVI! kemudian merilis lagu kedua dari JOOX Original SVARA “100 (Satu Kosong Kosong)”. Lagu terbaru ini sudah dapat didengarkan secara eksklusif di JOOX mulai tanggal 12 November 2021.

Baca Juga: Kolaborasi Akbar SVARA 'Perjalanan Bermakna di Balik Nada'

Merayakan perilisan lagu JOOX Original SVARA “100 (Satu Kosong Kosong)”, JOOX menghadirkan SVARA ROOMS episode Jogja bersama Lale, Ilman, Nino, sebagai Trio Produser Musik, Ezra Mandira, Guitarist dari HIVI! dan Dhanang Respati Puguh sebagai budayawan.

Dhanang Respati Puguh mengatakan, perkembangan seni di Jogja saat ini terlihat banyak geliat dalam upaya-upaya melestarikan dan mengembangkan seni.

Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang digelar salah satunya adalah flashmob di Jogja yaitu Tari Beksan Wanara dan Tarian Golek Menak yang mendapatkan sambutan luar biasa oleh masyarakat, banyak diikuti oleh anak muda, dan kemudian flashmob yang dipelopori oleh Kesultanan Jogja ini ditiru oleh seniman lain.

Respons generasi muda Jogja terhadap seni dapat dilihat dari beberapa hal yaitu, dari jumlah siswa yang khusus mempelajari Kesenian Jawa pada SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Jogja), jumlah mahasiswa yang mempelajari Karawitan Tari di ISI Jogjakarta, serta pergerakkan aktivitas perorangan, kelompok, atau festival tertentu di Jogja.

Baca Juga: Azizah Maumere Rilis Lagu Dangdut 'Mimpi Terindah'

Kegiatan battle permainan Bonang di Jogja diikuti oleh banyak anak muda sehingga dapat memperlihatkan pergerakan positif perkembangan seni di Jogja bagi kalangan generasi muda.

Menurutnya, Campursari merupakan percampuran antara musik gamelan dan musik barat tetapi yang disajikan adalah gending. Penyanyi yang terkenal di zaman dulu adalah Ibu Waljinah yang pernah menjadi Ratu Kembang Kacang di salah satu festival di Jogja.

Campursari mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu dan banyak varian baru hadir dalam musik Campursari pada awalnya.

Klenengan Dangdut berasal dari Klenengan dengan instrumen Gamelan yang dipelopori oleh Alm. Ki Nartosabdo, seorang komunis Gending Jawa yang produktif dan maestro dalang kesenian Jawa.

"Ki Nartosabdo mendapatkan inspirasi dari lagu dangdut yang dipimpin oleh Rhoma Irama dan Koes Plus yang spirit, irama, melodi, dan musiknya diadopsi dan kemudian muncul Klenengan Dangdut yang di luar dari tradisi karawitan," ujarnya.

Bagi Nino, Jogja merupakan sebuah kota yang mengalun dengan tenang dan memiliki keterikatan emosional secara personal. Di Jogja, Laleilmanino menyaksikan Klenengan Dangdut serta dijelaskan lebih dalam mengenai asal muasal kesenian tersebut oleh Dhanang Respati yang membuat Laleilmanino jatuh cinta dengan kesenian Klenengan Dangdut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Daftar Lengkap Pemenang Anugerah Musik Indonesia 2025

Kamis, 20 November 2025 | 06:30 WIB

Single 'Ego' Tandai 28 Tahun Padi Reborn

Minggu, 9 November 2025 | 20:30 WIB

Konser Suarasmara, Andien Bilang Sudah 80 Persen

Minggu, 2 November 2025 | 13:00 WIB
X