budaya

Batik Pesisiran Pantai Utara Jawa, lebih diutamakan sebagai barang ekonomi yang diperdagangkan

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 18:15 WIB
Kegiatan bincang Wastra Bercerita yang digelar oleh Perhimpunan Wastraprema, saat memperkenalkan Batik Pesisiran Pantai Utara Jawa, di Museum Tekstil Jakarta, Sabtu (15/2/2025). (ANTARA)

HARIAN MERAPI - Batik Pesisiran merupakan batik yang banyak ditemukan di daerah pesisir utara Jawa. Batik ini memiliki perpaduan akulturasi budaya Indonesia dan pengaruh budaya asing.

Batik Pesisiran muncul karena berasal dari daerah pesisir Utara pulau Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem dan Bakaran. Batik Pesisir berasal dari luar kota Solo dan Yogyakarta.

Dalam bincang Wastra Bercerita, Ketua Umum Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar menjelaskan sekitar abad 15 dan 16, para peranakan dari berbagai negara, baik dari China, India, Belanda dan Arab yang sampai di Nusantara mengembangkan busananya sendiri berupa sarung dan kebaya.

Baca Juga: Tragedi Watu Togok  jangan lagi terulang

Dalam perkembangannya kaum peranakan membutuhkan batik sendiri. Sementara itu, Batik Pesisir mulai berkembang sekitar abad 19.

"Batik Pesisir lebih diutamakan sebagai barang ekonomi yang diperdagangkan, dan baru berkembang luas sekitar abad 19 yang diakibatkan adanya kemunduran produksi tekstil dari India yang saat itu menjadi produsen kain terbesar yang dijual ke pulau Jawa," kata Neneng Iskandar, dalam bincang Wastra Bercerita yang di gelar oleh Perhimpunan Wastraprema, di Museum Tekstil Jakarta, yang dikutip Antara, Sabtu (15/2/2025).

Neneng Iskandar menjelaskan bahwa ragam motif Batik Pesisiran sangat kaya karena tidak hanya pengaruh dari pulau Jawa namun juga dari China, India dan Arab.

"Ciri khas batik pesisiran dapat dilihat dari motif yang menjadi simbol atau akulturasi budaya Indonesia dengan budaya asing seperti adanya motif naga, kapal, kaligrafi dan juga motif yang mewakili ciri khas lingkungan pesisir. Pengaruh budaya ini, tidak hanya dari pulau Jawa namun budaya Sumatera juga ikut mempengaruhi," ujarnya.

Baca Juga: Aturan pembayaran royalti untuk hotel dan restoran perlu diperjelas, ini sebabnya

Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Perancang Busana Didi Budiardjo menjelaskan bahwa Batik Pesisir ini biasanya dipadu dengan kebaya peranakan, yaitu kebaya yang umumnya dikenakan oleh perempuan Eropa atau Tionghoa.

Menurut Didi, kini pemakaian kebaya peranakan sebagai mode semakin eksis dan penggunaannya cukup meningkat, meskipun belum sebanyak pemakaian kebaya kuthu baru.

"Asimilasi budaya Tionghoa-Indonesia melahirkan kebaya peranakan. Kebaya peranakan terus berkembang tanpa meninggalkan pakem yang ada," ucap Didi. *



 

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB