Namun setelah main dan berinvestasi, dibikin los atau kalah. "Jadi investasi itu hanya kedok untuk penipuan," jelasnya.
Dia mencontohkan pada 7 Maret 2022 lalu, korban mulai kehilangan uang yang diiventasikan. Bahkan waktunya sangat singkat.
"Dalam transaksi itu terlihat jika uang korban hilang dalam 2 jam. Bahkan tak sampai 2 jam. Terus turun secara drastis," jelasnya.
Saat itulah pihaknya makin yakin jika investasi ini adalah penipuan. Apalagi korban tak bisa mengakses aplikasi itu untuk menarik uang.
"Uang korban dihilangan tanpa bisa ditarik. Istilahnya dibunuh pelan-pelan tanpa bisa melawan," jelasnya.
Dia menduga korban atau member robot trading ini ribuan orang di seluruh Indonesia. Nilai kerugiannya pun menyentuh Rp 5 triliun.*