HARIAN MERAPI - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul, melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit anthrax agar tidak semakin meluas.
Tindakan DPKH Gunungkidul mencegah penularan anthrax semakin meluas dengan melakukan isolasi terbatas terhadap lalu lintas hewan ternak di Kapanewon Semanu.
Kepala DPKH Gunungkidul drh Wibawanti mengatakan dari hasil penelusuran dan pemeriksaan lapangan sejak akhir tahun hingga saat ini sudah menemukan lima ekor hewan ternak positif terjangkit anthrax.
Lima hewan ternak positif anthrax merupakan jenis sapi dari wilayah Semanu dan semua mati mendadak tanpa gejala.
"Sejak kasus kematian sapi dilaporkan masyarakat adanya sapi mati mendadak dan langsung diperiksa laboratorium dan hasilnya positif anthrax baru-baru ini," katanya Rabu (5/7/2023).
Awalnya, karena kematiannya identik dengan gejala yang mengarah terkena anthrax pihaknya sudah meminta agar sapi yang mati tersebut dikubur dan diambil spesimennya untuk diuji laboratorium.
Bangkai sapi yang sudah dikubur tersebut pada malam harinya diambil untuk ‘dipurak’ atau dagingnya dibagikan kepada puluhan warga untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Merasa Kekasihnya Direbut, Dua Pelajar di Jogja Saling Tantang Berujung Pembacokan
Baru hasil laboratorium keluar ternyata sapi mati yang dikonsumsi tersebut positif terjangkit anthrax.
Hasil pemeriksaan terhadap ratusan warga yang saat itu ikut menyantap daging dilakukan pemeriksaan dan ternyata terdapat lebih dari 80 orang mengalami sakit terindikasi suspek anthrak.
“Kami juga sudah melakukan pemberian antibiotik, vaksinasi anthrax, pemberian disinfektan dan meminimalkan ternak keluar dari kawasan sekitar," imbuhnya.
Mengantisipasi penularan anthrax maluas, DPKH Gunungkidul kini mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan untuk ternak setiap transaksi penjualan yang dikirim ke luar daerah.
Baca Juga: Indonesia Siap Tarung di Turnamen AFF U19 Womens Championship 2023 yang Digelar di Palembang