Agar peringkat pendidikan Indonesia tak jeblok, ini tips kembangkan passion bagi pelajar

photo author
- Jumat, 25 November 2022 | 19:57 WIB
Ilustrasi Foto: Penyerahan Hadiah Laptop oleh Wikan Sakarinto saat Seminar, kepada Pemenang Kompetisi SEVIMA
Ilustrasi Foto: Penyerahan Hadiah Laptop oleh Wikan Sakarinto saat Seminar, kepada Pemenang Kompetisi SEVIMA

Artinya dua minggu penuh pada jam kuliah, Wikan dan ratusan teman-temannya di jurusan D3 Teknik Mesin harus berdiri dengan gaya kuda-kuda, mengikir besi, tanpa mengetahui apa tujuan dari aktivitas itu.

Baca Juga: Bupati Gunungkidul lantik 14 pejabat fungsional, tiga di antaranya dokter ahli utama

“Saya tidak bilang mengikir besi itu tidak penting untuk jurusan Teknik Mesin, maupun contoh pelajaran tertentu lainnya di sekolah dan kampus. Tapi apa iya belajar mengikir besi harus 100 jam? Belajar Matematika harus puluhan jam setiap minggu? Cukup sebentar saja, sambil ditumbuhkan passion plus soft skillnya (karakter). Kalau senang pasti akan dilanjutkan sendiri,” ajak Wikan.

Tips Menumbuhkan Passion bagi Pelajar

Dalam seminar tersebut, Wikan Sakarinto bersama Dr Hatma Suryaatmojo selaku Wakil Ketua Panitia Pusat Kampus Merdeka Kemdikbudristek, serta 100 Pimpinan Lembaga Pendidikan yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA, membagikan tips bagaimana menumbuhkan passion bagi pelajar.

Dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan sekaligus karakter pelajar.

1. Padatkan Kurikulum Hardskill

Berkaca dari pengalaman mengikir besi yang dialami Wikan selama kuliah, Wikan memandang bahwa pelajaran seperti itu bisa dipersingkat dan dipadatkan.

Wikan menyarankan pelajaran hardskill (teknis) seperti itu diletakkan di semester paling awal.

Sehingga di semester selanjutnya, pelajar berkesempatan untuk mengembangkan diri sesuai passion, sekaligus memperkuat karakternya.

“Materi dasar umum, teknis, kalau kuliah sebisa mungkin dimampatkan dua, tiga, atau lima semester. Sehingga di semester selanjutnya pelajar bisa mengeksplorasi diri tapi tetap sudah memiliki bekal yang cukup,” ungkap Wikan.

2. Kembangkan Pembelajaran Berbasis Proyek dan “Teaching Factory”

Belajar tidak harus dari dalam kelas. Wikan sendiri sebagai dosen, kini juga mengembangkan perusahaan yang terintegrasi dengan kampus.

Mahasiswa diajak untuk mengerjakan proyek manufaktur sekaligus memasarkan proyek itu sendiri. Omzetnya ungkap Wikan sangat besar, mencapai dua miliar per bulan.

Integrasi inilah yang disebut Wikan sebagai konsep Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dan Teaching Factory.

Konsep ini ungkap Wikan baru pertama kali dilakukan di Indonesia olehnya. Selama ini sudah banyak mahasiswa mengerjakan proyek, namun proyeknya merupakan penugasan dari dosen. Bukan atas inisiatif sendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X