pendidikan

UMYGrace 2025 kembali digelar, pra-acara pembukaan ditampilkan tari Badui, begini harapan Wakil Rektor Bidang Sumber Daya UMY

Jumat, 22 Agustus 2025 | 05:49 WIB
Suasana rangkaian acara pembukaan UMYGrace 2025, antara lain ada foto bersama sebagian panitia dan tamu undangan. (Foto: Dok.UMY)

HARIAN MERAPI- Konferensi internasional bertajuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta-International Graduate Conference (UMYGrace) rutin digelar setiap tahun.

Pada tahun ini penyelenggaraan keenam dengan menghadirkan ratusan peserta dari berbagai negara secara offline dan online. Pembukaan 6th UMYGrace 2025 di komplek kampus setempat, Kamis (21/8/2025).

Prosesi pembukaan UMYGrace 2025 dilakukan Wakil Rektor Bidang Sumber Daya UMY, Prof Dr Dyah Mutiarin MSi. Didampingi antara lain, Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) UMY, Dr H Agung Danarto MAg.

Baca Juga: AI tidak akan pernah menggantikan manusia, tapi.....

Ada pula, Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian (DRP) UMY, apt. RR Sabtanti Harimurti MSi PhD serta Ketua Panitia 6th UMYGrace 2025, Dr Yessi Jusman ST MSc.

Sedangkan sejumlah keynote speaker saat sidang pleno 6th UMYGrace 2025, misalnya ada apt. RR Sabtanti Harimurti MSi PhD yang juga Dosen Farmasi UMY dan Prof Ir Ts Dr Pau-Loke Show PhD (Khalifa University, United Arab Emirates).

Dalam pemaparannya, Sabtanti antara lain mengungkapkan, setidaknya enam alasan utama mengapa riset penemuan obat baru tak bisa berhenti.

“Pertama, munculnya penyakit baru seperti Covid-19 yang hingga kini belum memiliki obat definitif. Kedua, masalah resistensi antibiotik akibat penggunaan yang tak tepat, yang mendorong penemuan antibakteri baru,” jelasnya.

Baca Juga: Melalui Pembinaan Ideologi Pancasila, Kemenkum DIY Dorong Penguatan Wawasan Kebangsaan di Kalangan Pegawai

Ketiga, lanjut Sabtanti, kebutuhan terapi bagi penyakit dengan risiko pengobatan tinggi, seperti kanker. Keempat, meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.

Lalu yang kelima, berkembangnya kebutuhan personalized medicine yang menyesuaikan terapi dengan faktor genetik individu, dan keenam, masih adanya penyakit yang belum memiliki terapi efektif.

“Proses penemuan obat adalah panggilan seumur hidup. Dengan bantuan teknologi, riset bisa dipercepat tanpa mengurangi kualitas obat yang dihasilkan,” tegas Sabtanti.

Sementara itu, Yessi Jusman saat rangkaian pembukaan UMYGrace 2025 menjelaskan, kegiatan tersebut telah menjadi ruang penting bagi para peneliti muda.

Baca Juga: Sorotan Khusus: 41 Persen Perusahaan PHK Massal hingga 2030 Imbas AI yang Kian Marak Dipakai Dunia Kerja Global

Bahkan, bisa sebagai wadah yang tak hanya menekankan publikasi ilmiah, namun juga menghidupkan diskusi kritis dan kolaborasi internasional.

Halaman:

Tags

Terkini