Ketua Dikdasmen-PNF PWM DIY, Achmad Muhamad, M.Ag dalam sambutannya mengapresiasi upaya SMA Muhi mewujudkan pendidikan yang unggul dan terus berkembang.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Muhi Yogya dalam mempersiapkan siswa menghadapi era Education 5.0.
Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut mencangkup aspek berpikir kritis (critical thinking) dan keterampilan komputasi (computational thinking) melalui integrasi AI dan Coding dalam kurikulum.
Achmad Muhamad menambahkan, semangat Muhammadiyah adalah selalu ingin hadir di tengah zaman, mengubah zaman, dan membangun zaman dengan kemajuan, sehingga inisiatif ini diharapkan mampu membawa SMA Muhi Yogya menjadi sekolah yang terdepan dan unggul berkemajuan.
Baca Juga: Serahkan 538 SK Pengangkatan PPPK, begini pesan Bupati Sleman, Harda Kiswaya
Mr. Soon Jinn Lim selaku Head of Education, Marshall Cavendish Education, Singapore memperkenalkan bahwa MCE telah mengembangkan bahan ajar dan teknologi AI yang saat ini digunakan oleh seluruh sekolah publik di Singapura, dari tingkat SD hingga SMA.
Dia mengatakan bahwa MCE juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara lain seperti Kazakhstan, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat yang tertarik mempelajari metodologi pembelajaran matematika.
Selain itu, salah satu keunggulan mereka adalah sistem penilaian kualitas tulisan dan esai siswa menggunakan teknologi kecerdasan artifisial.
“Hasil riset internal MCE menunjukkan bahwa siswa yang belajar matematika plus Coding memiliki nilai 17% lebih baik dibandingkan yang hanya belajar matematika, menandakan peran penting Coding dalam pengembangan critical thinking,” ungkap Mr. Soon Jinn Lim.
Baca Juga: Waspadai pelaku gendam orang asing, ini modusnya
Lebih lanjut, dia menyoroti pentingnya learning yang lebih esensial dibandingkan hanya schooling, merujuk pada buku “Facts About Schooling” karya Profesor Lant Pritchett yang membahas fenomena di mana banyak konsep pendidikan di negara berkembang terjebak dalam Great Betrayal.
“Apalah arti semua itu kalau ternyata kita kehilangan elemen joyful learning. Guru tidak akan tergantikan oleh AI, tetapi guru yang tidak bisa beradaptasi dengan teknologi akan digantikan oleh guru yang melek teknologi,” katanya.
Ismalik Perwira Atmadja, M.Pd selaku guru teknologi informasi SMA Muhi Yogya menyatakan Pembelajaran Coding ini dirancang singkat, hanya 40 hingga 60 menit per pekan di tingkat SD, SMP, maupun SMA.
Baca Juga: Inilah gaya kepemimpinan Presiden Prabowo dalam menyelesaikan masalah
Bagi jenjang SMP dan SMA, kurikulum juga mencakup pengembangan website, Python, kecerdasan buatan, pengembangan aplikasi seluler, dan pengembangan game.