HARIAN MERAPI - Kriteria seseorang sebagai penyandang disabilitas, yakni ketika memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental, sensorik, ganda (dua keterbatasan), dan multi (lebih dari dua keterbatasan) dalam jangka waktu tertentu.
Hal tersebut dijelaskan anggota Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Rahmat Fahri Naim, saat menjadi pembicara seminar bertema “Diserve Abilities shared Humanity” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), akhir pekan kemarin.
Seminar yang diprakarsai American Corner UMY kolaborasi Komunitas Telinga Hati tersebut dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024.
Baca Juga: Dieng Tetap Destinasi Menarik di Libur Nataru
Fahri yang juga anggota Gerakan Optimalisasi Organisasi Difabel menegaskan, kriteria seseorang penyandang disabilitas, yakni berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2016, isinya seperti tentang penyandang disabilitas.
“Di Undang-undang tersebut dijelaskan, ketika seseorang dalam jangka waktu minimal enam bulan atau maksimal seumur hidup mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan persamaan hak, maka baru dapat dikatakan disabilitas,” urainya.
Ia sendiri, sebut Fahri, juga merupakan penyandang disabilitas autisme samar dan narkolepsi atau gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih.
Masih menurutnya, disabilitas pada dasarnya dibagi menjadi beberapa jenis. Pertama, fisik (keterbatasan fungsi gerak) dan kedua, intelektual (kecerdasan di bawah rata – rata).
Baca Juga: Underpass Joglo Surakarta Dipastikan Tuntas Akhir Tahun Ini
Sedangkan yang ketiga, mental (fungsi pikir, emosi, dan perilaku yang berbeda), keempat, sensorik (terhambatnya salah satu fungsi panca indera dan kelima, ganda atau multi (memiliki lebih dari satu atau dua keterbatasan).
“Dari beberapa jenis disabilitas itu, saya juga menjadi penyandang disabilitas ganda yang tidak terlihat yakni autisme dan narkolepsi. Dimana, saya baru mengetahui hal tersebut pada umur 13 tahun dan 20 tahun,” terangnya.
Ditambahkan, tanda–tanda sebagai penyandang disabilitas sebenarnya dapat diketahui sejak kecil, namun terkadang indikasi tersebut tak jarang juga muncul/diketahui ketika sudah dewasa.
Baca Juga: Manchester United Dipencundangi Bournemouth Tiga Gol Tanpa Balas
Namun sayangnya faktor stigma sosial, kurangnya fasilitas pendukung, dan keterbatasan keterampilan dapat menjadi contoh faktor penghalang bagi penyandang disabilitas untuk berkembang dan tak mudah untuk bisa mendapatkan pekerjaan.