HARIAN MERAPI - Anggota Komite I DPD RI Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A atau akrab disapa Gus Hilmy menyampaikan tentang pengelolaan masjid di masyarakat sekitar.
Menurutnya, perlu ada beberapa evaluasi. Dalam hal ini, Kementerian Agama diminta untuk memberikan edukasi yang cukup.
“Thaharah (bersuci) harus menjadi fokus utama. Kita meminta Kementerian Agama (Kemenag) tidak hanya fokus pada arah kiblat, tetapi juga diperhatikan kesucian dan kebersihan masjid," kata Gus Hilmy saat menjadi pembicara dalam seminar dan lokakarya dengan tema “Memayu Hayuning Sasama dalam Menjaga Harmoni Umat Berbasis Masjid”.
Baca Juga: Kemenpan-RB tetapkan 632 kuota formasi PPPK untuk Pemkot Palu, tak cukup hanya tes administrasi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menilai bahwa kerukunan umat harus terus-menerus dijaga. Diibaratkan kecantikan yang tidak hanya sekali dipoles, melainkan harus terus-menerus dijaga agar kecantikan tetap awet.
Oleh sebab itu, MUI DIY melalui Komisi Ukhuwah dan Kerukunan, menyelenggarakan seminar dan lokakarya dengan tema “Memayu Hayuning Sasama dalam Menjaga Harmoni Umat Berbasis Masjid”.
“Kita di sini membicarakan tentang kerukunan, memayu hayuning sasama, hayu itu tidak dilakukan dalam sekali waktu, melainkan dilaksanakan terus-menerus. Hayu itu keadaan yang menyenangkan, penuh bahagia, cantik, dan lain sebagainya. Yang cantik dijaga dengan cara terus-menerus mempercantik. Demikian pula dengan rukun, tidak bisa hanya sekali diusahakan, tetapi harus diupayakan terus-menerus, diawasi, dan dirawat,” ujar ketua MUI DIY Prof. Dr. Machasin, M.A.
Baca Juga: Sandiaga Uno: kepastian wisatawan bisa naik bangunan Candi Borobudur masih terus dikaji
Sementar Gus Hilmy mengatakan, masih ada masyarakat yang semangat membangun masjid, tetapi tidak memperhatikan tentang kesuciannya. Demikian juga masjid-masjid di rest area-rest area tol. Kita membutuhkan perhatian dan pengawasan Kementerian Agama dalam menjamin pelaksanaan ibadah,” ucap anggota Komite I DPD RI tersebut.
Evaluasi lainnya, menurutnya terkait kenyamanan. Ia mendorong agar bangunan masjid mempertimbangkan sirkulasi udara sehingga tidak mengandalkan AC.
Gus Hilmy mengusulkan konsep go green, sebagaimana ditunjukkan oleh arsitek masa lalu ketika membuat Masjid Demak atau masjid-masjid Kagungan Dalem Keraton Ngayogyakarta, yang tetap adem meski tanpa AC. Ia menganggap bahwa semestinya arsitek modern saat ini bisa lebih canggih.
Baca Juga: DIY pastikan jadi tuan rumah ASEAN Tourism Forum 2023, ini keunggulannya
Kemudian ia pu mengusulkan bahwa saat ini diperlukan masjid yang ramah. Baik untuk anak, perempuan, orang tua, maupun penyandang disabilitas.
“Selanjutnya adalah kita membutuhkan masjid yang ramah. Ramah untuk anak, perempuan, orang tua, dan juga penyandang disabilitas. Mereka kita hitung sebagai jamaah tetapi kita sering tidak memenuhi hak-hak mereka. Maka perlu dipertimbangkan untuk akses dan fasilitasnya, baik pintu masuk, tempat wudhu, kamar mandi, maupun lainnya,” ujar pria yang juga Ketua Komisi Ukhuwah dan Kerukunan MUI DIY serta anggota MUI Pusat tersebut.