Seiring banyaknya bantuan promosi dari berbagai pihak, produksi ikan krispi Karsin terus berkembang.
Ia pun berinovasi dengan tidak hanya mengolah ikan red devil namun juga teri yang diolah bersama kentang dan ikan lele yang diolah menjadi abon.
Produk-produk tersebut diberi label Lohan Mina Rasa.
"Olahan utama kami tetap ikan red devil dengan jumlah produksi 80 kilogram ikan red devil mentah per hari. Sementara ikan teri, kami mengolah 200 kilogram per minggu dan untuk ikan lele bisa 20 kilogram per hari. Permintaan sempat turun awal pandemi, namun sekarang sudah mulai pulih," ungkapnya.
Baca Juga: Inilah efek buruk bila oli mesin tercampur air, sering terjadi bila pengendara menerobos banjir
Produk-produk Lohan Mina Rasa dipasarkan secara luas tidak hanya di lokal Kulon Progo saja, namun juga ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan dan Sumatera bahkan sempat dibawa ke Jerman.
Harga curahnya Rp 70.000 per kilogram, naik jauh dari ikan red devil mentah yang dibeli Karsin dari pencari ikan di Waduk Sermo dengan harga Rp 6.000 per kilogram.
Karsin juga menyediakan ikan krispi kemasan yang bisa digunakan sebagai oleh-oleh.
"Kami tidak mengalami kendala bahan baku karena ikan ini predator bagi benih ikan nila sebagai ikan asli Waduk Sermo. Saat ini populasinya justru semakin banyak karena 90 persen populasinya adalah betina yang sangat cepat bertelur," katanya.
Baca Juga: Film biografi Bruce Lee akan disutradarai Ang Lee, sang pemenang Oscar, ini perannya
Salah satu konsumen ikan red devil krispi produk Lohan Mina Rasa, Tinuk mengatakan, rasa gurih dan renyah dari bumbu rahasia yang dicampurkan dalam tepung untuk membalut ikan ini sebelum digoreng begitu pas di lidah.
Ikan red devil krispi menurutnya sangat cocok dijadikan lauk nasi bersama sambal. Selain itu, bisa juga menjadi camilan di waktu luang.
"Saya beli untuk dinikmati bersama keluarga di rumah," katanya. *