HARIAN MERAPI - Pandemi Covid-19 menghajar usaha perajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Sukoharjo dengan penurunan penjualan.
Pasar ekspor turun drastis dari sebelumnya 450 kontainer setiap bulan tinggal menjadi 150 kontainer.
Penurunan pengiriman produk ke luar negeri masih terjadi sampai sekarang karena sepinya permintaan pembeli.
Baca Juga: Tiga anggota Kopassus dapat penghargaan dari Kapolres Sukoharjo, karena tangkap jaringan narkoba
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Gatak Tri Wahyudi, Kamis (27/10/2022) mengatakan, sektor usaha perajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak sangat terdampak pandemi virus Corona selama dua tahun. Sejak tahun 2020 dan 2021 penjualan produk rotan anjlok.
Bahkan kondisi tersebut masih terjadi sampai sekarang tahun 2022 setelah pandemi virus Corona mereda.
"Perajin rotan dihajar pandemi virus Corona berdampak pada penjualan produk dengan pasar ekspor anjlok," ujarnya.
Sebelum pandemi virus Corona melanda para perajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak mampu mengirim total sebanyak 450 kontainer setiap bulan. Namun selama pandemi jumlahnya menurun tinggal hanya 150 kontainer setiap bulan. Penurunan penjualan tersebut bahkan masih terjadi sampai sekarang.
Dalam satu kontainer produk rotan dari perajin Desa Trangsan Kecamatan Gatak memiliki nilai besar sekitar ratusan juta hingga miliar rupiah. Karena itu total keseluruhan penurunan penjualan produk rotan ke pasar ekspor sangat besar dirasakan perajin hingga sekitar puluhan miliar.
Sepinya permintaan yang berujung penurunan pengiriman barang ekspor juga berdampak pada penerimaan negara berupa devisa. Sebab dalam setiap bulan devisa yang didapat negara dari ekspor rotan Desa Trangsan Kecamatan Gatak ke sejumlah negara sangat besar.
Baca Juga: Lima etika bermusyawarah dalam Islam, di antaranya bersikap lemah lembut
Penurunan penjualan membuat perajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak berusaha keras untuk tetap bertahan. Hal itu dilakukan agar usaha yang dijalani tidak bangkrut hingga tutup. Berbagai cara dilakukan agar produk yang dihasilkan laku terjual dengan mengandalkan pasar lokal dan nasional.
"Pasar ekspor sangat lesu saat pandemi virus Corona karena konsumen di luar negeri konsentrasi pada pandemi virus Corona. Perajin mencari cara lain agar produk laku dengan menjual menyasar pasar lokal dan nasional," lanjutnya.