Jarak warung dan rumah simbah memang tidak jauh tetapi mereka tetap saja sampai ke halaman rumah ketika orang-orang sedang melakukan perjalanan ke masjid.
Saat itu hati Anggi berdebar ketakutan, khawatir Betara Kala menculiknya lalu membawanya di atas pohon melinjo.
Kemudian ia mendapati pemandangan ganjil.
Simbah kakungnya berada di kursi batu yang panjang, di depan ruang tamu.
Simbahnya bersimpuh di atas sajadah, lengkap dengan sweater abu-abu.
Anggi yang masih balita tersebut sudah mengerti bahwa orang yang sedang shalat tidak boleh diganggu,
jadi dia membungkam tidak jadi bertanya pada sepupunya, mengapa simbahnya solat di halaman rumah dan waktu belum lagi adzan Magrib.
Pemandangan saat itu memang belum terlalu gelap tetapi juga kurang terang untuk terus berada di luar rumah.
Anehnya setelah masuk ke rumah, Anggi mendapati simbah kakungnya berada di dalam.
Sedangkan sepupunya tidak membahas pemandangan ganjil di luar rumah.
Anggi tidak pernah bertanya kepada sepupunya ataupun simbah kakungnya tentang keganjilan yang dia saksikan. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Rian Zain di Koran Merapi) *