HARIAN MERAPI - Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang mengakibatkan 127 orang meninggal, usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya Sabtu malam.
Hingga saat ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan tersebut.
Mayoritas korban meninggal karena kehabisan napas dan pingsan setelah polisi menembakkan gas air mata di dalam stadion.
Baca Juga: 127 orang meninggal akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, dapat sorotan media internasional
Berkenaan kejadian tersebut, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menegaskan harus ada pihak bertanggung jawab atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 127 orang.
"Ini bukan lagi musibah, tapi tragedi. Harus ada yang bertanggung jawab," kata Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu di Jakarta, Minggu.
Edwin mengatakan ratusan korban jiwa yang meninggal dunia usai pertandingan Arema FC berhadapan dengan Persebaya Surabaya tersebut bukan perkara statistik melainkan soal nyawa manusia.
"Korban itu bukan statistik tapi tubuh bernyawa seperti kita," tambahnhya.
Terhadap insiden tersebut, dia menegaskan setiap peristiwa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa harus ada yang bertanggung jawab.
Sebagaimana diketahui, kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 3-2 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10).
Baca Juga: Persebaya kalahkan Arema 3-2, berakhir ricuh, 127 orang meninggal dunia
Kericuhan tersebut bermula saat ribuan suporter Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan Stadion Kanjuruhan dengan menggunakan empat mobil barakuda.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.