HARIAN MERAPI - Polemik jilbab dan kegiatan keagamaan di sekolah sebenarnya tidak perlu terjadi jika memahami karakter pelajar pancasila. Hal itu muncul dalam diskusi publik yang digelar Menoreh Institute.
Dalam diskusi itu juga menghadirkan beberapa pakar pendidikan dari UGM dan UNY. Kegiatan yang berlangsung secara virtual ini menyimpulkan perlunya peningkatan pemahaman dan aplikasi karakter pelajar pancasila.
Dr Deni Herdianto,M.Pd pakar Pendidikan UNY dan pimpinan Menoreh Institute menggungkapkan, ia telah melakukan survei terhadap 925 responden di seluruh Indonesia terkait Profil Pelajar Pancasila. Hasilnya beragam.
Baca Juga: Kobarkan semangat patriotisme advokat, DPC Peradi Wonosari gelar upacara bendera HUT ke-77 RI
"Dari hasil survei, 50 persen di antaranya sudah mengetahui tentang profil pelajar pancasila. Sementara 33 persen mengetahui sebagian dan 17 persen tidak mengetahui sama sekali," ucapnya, Senin (15/8).
Sedangkan pertanyaan dengan jawaban ganda, 70 persen responden menyatakan bahwa guru paling berperan dalam membentuk Profil pelajar pancasila. 53 persen menyatakan orang tua paling berperan, 45 persen lingkungan.
"Sebanyak persen menyatakan lingkungan yang paling berperan. Terkait pelaksanaan ibadah, bersikap, dan berpenampilan sesuai ajaran agama masing masing 83 persen menyatakan hal tersebut merupakan implementasi penting dari profil pelajar Pancasila," katanya.
Baca Juga: Saksikan kirab budaya HUT RI, Presiden Jokowi ajak cucunya, ini mereka
Prof Khairudin dari UNY menyampaikan tentang elemen kunci gotong royong dalam pendidikan adalah kolaborasi, kepedulian dan berbagi. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan profil pertama yang semestinya dimiliki oleh pelajar Pancasila.
"Guru merupakan sosok yang sangat penting peran nya dalam hal ini. Sehingga jika ada guru mengajarkan muridnya untuk beribadah dan taat agama semestinya tidak dipermasalahkan," jelasnya.
Mempermasalahkan guru yang melaksanakan tugasnya, bisa terjadi karena komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan sekolah. Perbaikan komunikasi dan kerjasama sekolah dan orang tua murid jadi penting saat ini.
Baca Juga: Bendera merah putih sepanjang 77 meter dibentangkan di dasar laut Manokwari, ini penampakannya
Sementara itu Prof Yuny Erwanto dari UGM menyampaikan perlunya bijaksana menjadi orang tua. Komunikasi dan kerjasama antara orangtua dengan sekolah adalah mutlak sangat penting untuk keberhasilan pendidikan.
Pada sisi lain, pemerhati pendidikan dari kalangan milenilal, Muhammad Syamsyudin menyampaikan bahwa kondisi pemuda saat ini banyak yang perlu dibenahi bersama. Dimana 79 persen pemuda lebih senang menghabiskan waktunya dengan gadget.