TEMANGGUNG, harianmerapi.com - Harga cabai ditingkat petani masih bertahan tinggi. Namun demikian, tidak semua petani menikmatinya.
Diantara penyebab harga tinggi cabai adalah pasokan yang minim.
Tanaman cabai kurang karena serangan penyakit dan rusak akibat cuaca yang tidak menentu.
Seorang petani di Desa Wonotirto Kecamatan Bulu, Misdi (53) mengatakan harga cabai ditingkat petani bertahan tinggi, terutama cabai rawit merah.
Baca Juga: Kasus Meninggalnya Bripda Diego Rumaropen, Kapolda Papua Copot Danki Brimob Batalyon D Wamena
Harganya kini mencapai Rp70.000 per kilogram, sedangkan cabai keriting merah Rp45.000 hingga Rp50.000 per kilogram.
"Harga cabai bertahan tinggi dalam satu setengah bulan terakhir. Kemungkinan harga akan bertahan sampai beberapa pekan ke depan," kata Misdi, Selasa (21/6/2022).
Dia mengatakan harga cabai yang mahal tersebut menyenangkan petani. Tetapi sebenarnya ada yang menyesakkan, sebab sebagian tanaman rusak baik karena serangan hama dan akibat cuaca.
"Harga cabai mahal, bisa menutup biaya dari tanaman yang rusak," kata dia.
Baca Juga: Mardani H. Maming Merasa Dikriminalisasi, KPK : Kami Bekerja Berdasarkan Kecukupan Alat Bukti
Petani lainnya, Sunar mengatakan tidak semua petani menikmati tingginya harga cabai. Sebab, lahan pertanian ada yang gagal panen. Prosentase kerusakkan ada yang di atas 50 persen. Tanaman di lahan yang tersisa juga tidak begitu memuaskan.
"Harga cabai memang mahal, tetapi ada banyak tanaman yang rusak. Pemeliharaan tanaman cabai disaat ini juga tinggi, terutama untuk obat-obatan anti hama," kata dia.
Dia mengatakan tingginya harga cabai, diantaranya karena pasokan cabai yang berkurang di pasar. Selain faktor cuaca, sebagian lahan telah dialihkan untuk menanam tembakau.
Baca Juga: Laga Persib Lawan Bhayangkara FC Digelar Tanpa Penonton, Bobotoh Dihalau dari Stadion
"Bulan Maret hingga April lalu sebagian besar petani sudah mulai tanam tembakau, sehingga pasokan cabai dari petani juga berkurang," kata dia.