JAKARTA, harianmerapi.com - Di tengah suasana pandemi, masyarakat di Shanghai memanfaatkan blockchain untuk merekam dan mengabadikan masa- masa lockdown Covid-19. Shanghai di-lockdown selama satu bulan.
Masa lockdown justru dimanfaatkan masyarakat untuk membuat konten-konten kreatif.
Mereka menciptakan video, foto, hingga karya seni dalam bentuk Non Fungible Token (NFT) agar mereka bisa menggambarkan masa- masa berat di Negeri Tirai Bambu dan terhindari dari penyensoran dan penghapusan konten oleh otoritas setempat.
Seperti dikutip dari Reuters pada Rabu, aksi itu dilakukan masyarakat karena ketatnya lockdown menyebabkan mereka tidak dapat meninggalkan rumah mereka selama berminggu- minggu.
Sebanyak 25 juta penduduk di Shanghai telah melepaskan rasa frustrasi mereka secara daring, melampiaskan emosi memuncak akibat kesulitan mendapatkan logistik hingga layanan kesehatan yang layak selama masa lockdown.
Layaknya "kucing dan tikus" bermain, hal itu yang kini dirasakan masyarakat dengan Pemerintah China yang dalam masa lockdown ini juga menegaskan akan meningkatkan pengawasan internet dan obrolan grup mengenai masalah lockdown.
Tim sensor itu memburu masyarakat yang dinilai menyebarkan rumor dan memicu perselisihan agar publik bereaksi keras terhadap lockdown.
Baca Juga: 228 Kasus Hepatitis Misterius pada Anak di 20 Negara, Ini Penyebab Utamanya
Konten- konten yang menggambarkan parahnya kondisi "lockdown" di Shanghai akhirnya mendorong pegiat konten kreatif beralih ke pasar NFT seperti OpenSea.
Peralihan itu didasarkan pada fakta bahwa NFT akan terekam di blockchain dan tentunya tidak dapat dihapus.
Artikel Terkait
Soal Wacana Lockdown, Wakil Walikota Yogya: Warning Keras Jalankan Prokes
Puluhan Pegawai Terpapar Corona, Dinsosnakertrans Kota Yogya Lockdown Total
Varian Delta Meluas di Australia, Victoria Kembali Lockdown untuk Keenam Kalinya
Kasus Covid-19 Memburuk, Sydney Naikkan Denda 'Lockdown' Jadi Rp 52,9 Juta
Omicron di China Meluas, Muncul Rumor Beijing Bakal Lockdown Saat Winter Olympic