“Belum tahu sekarang kondisinya, yang jelas rusak. Kalau terendam lebih dari tiga hari, gabah pasti tumbuh tunas dan tidak laku dijual,” terangnya.
Marjono membayangkan kerugian hingga Rp9 juta karena untuk saat ini, harga jual gabah kering panen Rp4.500 perkilogram.
“Padahal yang baru panen tidak hanya saya, hampir seluruh petani di Wironatan baru selesai panen padi, jadi kemungkinan besar nasib mereka sama dengan saya,” ungkapnya.
Korban banjir di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan adalah Sukandar (65), pedagang Pasar Krandegan, warga Desa Pringgowijayan, Kecamatan Kutoarjo.
Baca Juga: Komika Bintang Emon lebih Memilih Mobil Bekas Dibanding Baru, Begini Alasannya
Sukandar ditemui Harian Merapi sedang berupaya menyelamatkan dagangannya yang terendam banjir di Pasar Krandegan.
Sukandar dan istrinya berjualan menggunakan los di Pasar Krandegan.
“Barangnya disimpan di dalam boks kayu di bawah los, karena banjirnya besar sampai merendam pasar, otomatis barang dagangan terendam,” ungkapnya.
Beberapa barang dagangan berupa bahan pangan kering serta rempah bumbu masak basah kebanjiran.
Baca Juga: Indonesia Sudah Lewati Puncak Penularan Varian Omicron, Berikut Data-datanya....
“Ada yang bisa diselamatkan, saya amankan di tempat yang tinggi di pasar,” katanya.
Sukandar mengaku mendengar informasi pasar kebanjiran akibat luapan Sungai Dulang dari sesama pedagang.
Lalu menjelang subuh, dalam kondisi hujan lebat, Sukandar memaksakan diri ke Pasar Krandegan untuk menyelamatkan barang dagangan.
“Sebisanya yang bisa diselamatkan, yang penting tidak semuanya rusak dan tetap bisa dijual lagi saat banjir surut,” tandasnya.*