Recovery TB di Era Pandemi: RS PKU Muhammadiyah Bantul Andalkan Program TEMPO

photo author
- Kamis, 10 Februari 2022 | 05:30 WIB
Tangkap layar Webinar Bincang Kesehatan Series 2: Recovery TB di Era Pandemi, Selasa (8/2/2022).  (Istimewa)
Tangkap layar Webinar Bincang Kesehatan Series 2: Recovery TB di Era Pandemi, Selasa (8/2/2022). (Istimewa)

JOGJA, harianmerapi.com - Menurut data badan kesehatan dunia (WHO), tuberculosis (TB) merupakan penyakit penyebab kematian ke 13. Untuk itu, penemuan kasus sangat penting guna pengobatan yang efektif.

Namun angka penemuan pasien TB menurun drastis selama pandemi Covid-19. Untuk itu, RS PKU Muhammadiyah Bantul tetap lakukan program TEMPO, yakni temukan pasien secepatnya dan obati secara tepat.

Hal itu disampaikan dr. Novi Wijayanti Setyaning Sukirto, M.Sc.,S.PD, Dokter RSU PKU Muhammadiyah Bantul saat mengisi Webinar Bincang Kesehatan Series 2: Recovery TB di Era Pandemi, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga: Gus Mus Mengajarkan Penghormatan Terhadap Jenazah Tanpa Memandang Agama, Jika Jenazah Lewat Begini Caranya

Novi juga menjelaskan jika saat ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul melalui program Mentari TB Recovery di bawah Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah bekerjasama dengan USAID diharapkan dapat meningkatan kasus temuan dan pengobatan TB di 48 RSMA di 44 Kabupaten-kota di 9 provinsi.

“Sampai dengan akhir program, diharapkan dapat mencapai peningkatan dua kali angka kasus di kuartal 4 di 2020,” tutur Novi. Adapun program TEMPO yang berfokus pada skrining dilakukan sejak pasien atau terduga (suspect) pertama kali mengakses layanan kesehatan.

Pelayanan tersebut termasuk skrining gejala dan riwayat atau investigasi paparan (TB) di keluarga. Jika batuk lebih dari dua minggu, ada riwayat kontak (dengan pasien TB), dan penurunan berat badan sehingga terduga TB, maka pasien akan dipisahkan.

Selain itu, RS PKU Muhammadiyah Bantul juga melakukan skrining pada pasien diabetes melitus (DM). Hal ini karena DM menjadi salah satu faktor risiko terjadinya infeksi TB sebanyak 3 kali akibat mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. “Dari data yang ada, hampir 90% pasien TB ternyata penderita DM,” imbuh Novi.

Baca Juga: Pers Diharapkan Berperan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi DIY

Penurunan temuan kasus TB sendiri menurut Novi besar kemungkinan disebabkan karena penurunan akses masyarakat pada layanan kesehatan terkait TB.

“Sehingga terjadi gap, banyak penderita yang tidak terdiagnosisi dan terlaporkan. Karena mungkin ada yang takut dicovidkan,” ujar dr. Novi.

Menurut data badan kesehtan dunia WHO, Indonesia adalah negara kedua setelah India yang melaporkan angka penurunan temuan TB sejak pandemi sebanyak 14 %.

Indonesa sendiri merupakan negara ke 3 yang setelah India dan Tiongkok sebagai penyumbang dua per tiga pasien TB di dunia.

Baca Juga: Dinas Pariwisata Sleman Targetkan Tahun 2022 Jumlah Wisatawan 3 Juta

Tetapi, banyaknya terduga TB yang tidak terlaporkan dan terdiagnosis selama pandemi menghambat juga proses penyembuhan pasien. “Yuk kita concern lagi untuk temuan kasus TB di era pandemi,” ajak dokter Novi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pengangguran Curi Motor Mahasiswa di Warung Kopi

Rabu, 3 Desember 2025 | 08:00 WIB
X