Status Siaga Sejak 5 November 2020, Gunung Merapi Masih Menyimpan Potensi Bahaya yang Harus Diwaspadai

photo author
- Senin, 27 Desember 2021 | 17:35 WIB
Dokumentasi - Pemandangan Gunung Merapi yang sedang mengeluarkan lava pijar terlihat dari Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (18/1/2021). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj/aa)
Dokumentasi - Pemandangan Gunung Merapi yang sedang mengeluarkan lava pijar terlihat dari Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (18/1/2021). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj/aa)

SLEMAN, harianmerapi.com - Gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu gunug berapi yang paling aktif.

Sebagaimana disampaikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), bahwa pada Sabtu 25 Desember 2021, Gunung Merapimengalami 144 kali gempa guguran sepanjang pukul 00.00-24.00 WIB.

Sudah satu tahun lebih, tepatnya 5 November 2020, BPPTKG menyatakan bahwa Gunung Merapi berstatus Siaga atau Level III.

Baca Juga: Cerita Horor Kencing di Dekat Sumur Tua Menjelang Maghrib, Nyaris Jadi Mangsa Jenglot

Selain pesona panoramanya yang indah, Gunung Merapi memang masih menyimpan potensi bahaya. Menurut hasil pengamatan visual dan instrumental BPPTKG periode 17 sampai 23 Desember 2021, aktivitas gunung api aktif di Indonesia itu dinyatakan masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.

Selama periode itu, awan panas guguran Gunung Merapi meluncur empat kali sejauh 2.500 meter ke hulu Sungai Bebeng dan 112 kali guguran lava sejauh 2.000 meter ke arah barat daya.

Erupsi efusif adalah kondisi di mana magma terbentuk dalam kondisi cair dan keluar ke permukaan dengan cara mengalir atau meleleh.

Potensi bahayanya hingga kini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 kilometer (km) ke arah sungai Woro, dan sejauh radius 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan sungai Putih.

Baca Juga: Millen Cyrus Rayakan Ulang Tahun Anlieki, Awkarin Beri Sindiran Keras

Erupsi efusif relatif lebih aman dibandingkan erupsi eksplosif yang magmanya terbentuk lebih kental dan keluar ke permukaan dengan disertai ledakan akibat penyumbatan gas.

Menurut BPPTKG, apabila terjadi letusan eksplosif di Merapi, lontaran material vulkaniknya diperkirakan bisa menjangkau radius 3 km dari puncak.

Secara berkala, BPPTKG terus mengukur volume kubah lava di Merapi.

Perlu diketahui bahwa Gunung Merapi memiliki dua kubah lava yang sama-sama tumbuh. Kubah lava yang muncul pertama berada di sisi barat daya Merapi, tepatnya di atas lava sisa erupsi tahun 1997. Sedangkan kubah lava kedua terpantau BPPTKG pada 4 Februari 2021 berada di tengah kawah puncak gunung itu.

Melalui analisis morfologi terbaru dari foto udara yang diambil dari Stasiun Kamera Tunggularum, Ngepos, serta Babadan-2, teramati penambahan tinggi kubah lava barat daya Merapi mencapai 2 meter.

Baca Juga: Kena Demam Film Layangan Putus, Atta Halilintar Ajak Aurel Hermansyah ke Capadocia Cari Aris dan Lidya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X