JOGJA, harianmerapi.com - Jumlah menyandang difabel dalam perkiraan hitungan WHO sekitar 10 persen dari penduduk dunia, jika menggunakan parameter itu sebagai acuan penghitungan.
"Maka dapat diasumsikan jumlah difabel di Tanah Air cukup besar hitungannya, meski secara statistik angka itu tidak pernah muncul dalam berbagai statitik di Indonesia.
Demikian disamapikan Dr. M. Nurul Yamien, Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, dalam pembukaan Pelatihan Fasilitator Pendampingan Baca Al Quran Difabel Netra dan Tuli di Wisma Sargede, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta, Sabtu (18/12/2021).
Pelatihan yang pesertanya kader muda Muhammadiyah direkrut dari Ortom Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarata seperti UMY, UGM, UAD, UNISA, UIN dan UNY ini, nantinya akan menjadi pendamping bagi para difabel, khusus netra dan tuli untuk dapat membaca Al Quran.
Dalam pelatihan angkatan pertama ini diikuti 31 peserta diharapkan nantinya akan dapat memberi pendampingan bagi para difabel netra dan tuli di berbagai komunitas Difabel yang ada di Yogyakarta.
"Ini salah satu program yang nantinya akan terus berlanjut, karena memandang pentingnya kemampuan untuk membaca Al Quran bagi setiap pribadi muslim tidak terkecuali mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan maupun tuli," ucap Yamien pada sejumlah awak media seusai membuka kegiatan itu.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 11: Mengenang Kebahagiaan Malam Pengantin, Sekarang Tinggal Kenangan Pahit
Lebih lanjut diungkapnya, pendampingan baca Al Quran bagi kelompok difabel netra dan tuli ini masuk ke dalam agenda MPM PP Muhammadiyah yang diharapkan nantinya akan terus berlanjut.
"Ini menjadi semacam acuan untuk dapat dilaksanakan di wilayah lain di tanah air nantinya," tandasnya.
Selama ini MPM PP Muhammadiyah dalam strategi pemberdayaan difabel memiliki tiga level agenda, yakni level mikro secara personal atau individu, meso dalam lingkup keluarga dan masyarakat serta agenda makro yang melibatkan struktur dan kebijakan.
Baca Juga: Mendapat Penumpang Misterius, Tukang Becak Dapat Segepok Uang
Ketiga ini menurut dia, harus ditransformasikan kepada kelompok-kelompok difabel sehingga pemberdayaan kelompok atau komunitas ini berada dalam satu kesatuan dengan implentasi tauhid, keadilan dan kemaslahatan.
"Para fasilitator nantinya akan masuk ke dalam komunitas komunitas difabel dengan target seorang fasilitator akan mengampu sekitar tiga difabel netra mapun tuli," ucapnya.
Kerja bareng antara MPM PP Muhammadiyah dengan Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu) ini sekaligus menggandeng IMM dan AMM dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.
Baca Juga: Hore, Program Kartu Prakerja Lanjut di Tahun 2022 Begini Cara Daftarnya