harianmerapi.com - Sudah seharian si Tukang Becak Mas Gucil (nama samaran) tidak dapat penumpang. Hari itu memang lagi sepi.
Mau apalagi. Akhirnya ia pergi ke musala terdekat untuk beristirahat sambil menunggu tiba saat salat.
Padahal Mas Gucil harus menghidupi keluarganya. Prinsipnya pantang pulang jika belum mengantongi uang.
Baca Juga: Lima Rahasia Keberhasilan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Mas Gucil tidak mau istrinya berang gara-gara dirinya tidak membawa uang. Selama ini, jika pulang tanpa membawa uang , maka ..."krompyang..." barang-barang akan ditendang istrinya.
Dia pun salat Magrib di musala, memanjatkan doa agar secepatnya mendapat penumpang supaya bisa pulang membawa uang berapapun.
Yang penting ada uang di saku bajunya. Begitulah doa selalu dipanjatkan saat habis salat di musala itu.
Tleser-tleser, Mas Gucil mengayuh becaknya. Tidak cepat karena berharap ada penumpang yang nyegat.
Benar juga, baru tiga ayunan kakinya menggenjot pedal becak, ada lambaian tangan dan sapaan dari seorang wanita di seberang jalan.
Wanita berambut panjang berbaju putih tersebut segera naik becak. Bau harum parfum yang dikenakan wanita tersebut menusuk hidung mas Gucil.
Namun dia tidak protes malah senang. Mas Gucil sampai lupa menanyakan hendak kemana. Ia asal menggenjot pedal becaknya dan jalan pelan-pelan mengikuti jalan beraspal.
Keduanya saling membisu. Tak ada percakapan Mas Gucil dengan penumpangnya. Tampaknya malam telah larut namun Mas Gucil tak merasakan lelah sedikitpun meski sudah lama menggenjot becaknya. Saat suasana agak sepi, si penumpang memberi aba-aba agar berhenti.
Wanita tersebut tanpa bicara langsung memmberi uang cukup. Mas gucil senang bukan kepalang, karena bakal bisa membahagiakan istrinya di rumah.