BANTUL, harianmerapi.com - Pengembangan kesehatan termasuk obat tradisional dititikberatkan pada tiga P (3P), yakni Product, Practice, dan Practicioners.
Selain itu pemanfaatan obat tradisional asli Indonesia di berbagai fasilitas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Bahkan bisa pula menggantikan kekosongan ketersediaan obat kimia, dan dapat digunakan untuk mengurangi efek samping kemoterapi.
Demikian diungkap Menkes RI, Budi Gunadi Sadikin, dalam acara Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, Jum'at (26/11/2021) secara daring.
Seminar yang diselenggarakan oleh Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) ini bekerjasama dengan Kelompok Kerja Tanaman Obat dan Obat Tradisional (POKJA TOOT).
Ditambahkan Menkes, dengan adanya seminar tersebut dapat semakin mendorong agar para peneliti, apoteker, akademisi, praktisi, profesional kesehatan, mahasiswa dan segenap peserta seminar bisa memanfaatkan sebaik mungkin potensi obat tradisional.
“Bahkan bisa menjadi destinasi wellness tourism dan herbal tourism atau wisata kebugaran dan herbal baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara,” paparnya.
Baca Juga: Deg-degan, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Sulit Tidur Jelang Persalinan
Sementara itu, Akhmad Saikhu SKM MSc PH sebagai Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) mengatakan, potensi tumbuhan obat harus terus digali agar manfaatnya lebih luas.
Artikel Terkait
Pemerintah Tidak Akan Kucurkan Subsidi untuk Turunkan Tarif PCR. Menkes : Itu Sudah Cukup Murah
Prof Dyah Mutiarin Menjadi Guru Besar Perempuan Pertama UMY
Soal Varian Baru Covid-19, Menkes Menyatakan Vaksin di Indonesia Masih Cukup Ampuh Menghadapi
Libatkan Penguji dari UMY, Kalurahan Donotirto Umumkan Hasil Seleksi Pamong
Inovasi Kopi Mahasiswa UMY Raih Juara KMI Expo 2021