BANTUL, harianmerpi.com - Enam korban kecelakaan tunggal truk di jalur Breksi, Prambanan merupakan aktivis wisata di Pedukuhan Daraman, Kalurahan Srimartani, Piyungan, Bantul. Dimana tengah dikembangkan obyek wisata Bulak Umpeng.
Para korban terlibat kecelakaan saat mengangkut material untuk pengembangan fasilitas wisata di lokasi tersebut.
Lurah Srimartani Mulyana menyebut, para korban kecelakaan merupakan pegiat wisata yang mengembangkan potensi wisata di dusunnya. Bahkan selama ini sangat berperan dalam pengembangan Bulak Umpeng.
Para korban terus bekerja untuk melakukan pengembangan obyek wisata yang dibangun sejak setahun silam tersebut.
"Mereka juga memikirkan nasib warga di masa pandemi. Mereka adalah pejuang terkait pengembangan destinasi wisata," sebutnya, Sabtu (4/9/2021).
Dukuh Daraman, Syamsul Arifin menjelaskan, bahwa warga bergotong-royong membawa batu putih untuk mengembangkan obwis Bulak Umpeng. Obyek wisata tersebut beberapa waktu terakhir menjadi tujuan wisatawan khususnya komunitas pesepeda yang menyuguhkan panorama persawahan dan perbukitan.
Baca Juga: Selalu Gagal Seleksi Penerima Kartu Prakerja, Mungkin Ini Penyebabnya
"Untuk pengembangan, di pinggir sawah terdapat kursi yang terbuat dari potongan batu putih," sebutnya.
Warga sepakat untuk menambah kursi berbahan batu putih setelah kunjungan wisatawan meningkat. Kursi tersebut dipesan dari Sambirerjo, Kapanewon Prambanan dan selesai dikerjakan Jumat (3/9/2021).
"Warga lalu koordinasi untuk mengambil pesanan itu," ungkapnya.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 9: Orang Tua Angkat dan Kandung Sama Sayangnya
Kemudian 9 warga ikut mengambil kursi pesanan itu, ditambah sopir dan kernet truk. Mereka berangkat menuju ke tempat pemesanan. Menurutnya saat berangkat tidak terjadi kendala apapun hingga mereka sampai di lokasi.
"Kondisi truk tidak ada kendala saat berangkat. Tapi saat pulang baru sekitar 2 menit dari lokasi pengambilan batu truk mengalami kecelakaan," sebutnya.
Pasca insiden nahas itu, seluruh aktifitas di Bulak Umpeng dihentikan sementara. Hal itu untuk menghormati para korban yang meninggal saat mengambil kursi untuk pengembangan wisata.