HARIAN MERAPI - Anggota Densus 88 Mabes Polri, Kompol Bimo menilai sikap intoleransi dan radikalisme mulai masuk ke kalangan pelajar.
Pelajar usia SMA yang sedang mencari jati diri cenderung mudah terjerumus ke faham-faham terlarang.
"Karena banyak pelajar masih mencari jati diri dan menganggap dirinya lebih eksklusif. Sehingga muncul sikap intoleran dan tidak mau bertenggang rasa terhadap orang lain," ujar Kompol Bimo dalam sarasehan Intoleransi, Radikalisasi dan Teriris di Pemkab Bantul, Selasa (18/10/2022).
Baca Juga: Tujuh perlakuan orangtua yang tidak tepat kepada anak, diantaranya terlalu melindungi
Intoleransi tersebut sebagaimana bibit atau tahapan seseorang menjadi teroris.
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman atas perbedaan antarsesama.
Bisanya orang semacam ini tidak suka dengan temannya yang berbeda.
"Sikap intoleran ini menjadi akarnya sehingga lambat laun akan bersikap radikal yang fanatik dan suka mengkafir-kafirkan orang atau kelompok lain. Ketika melihat kondisi ini sebagai bukti bahwa seseorang telah terpapar radikalisme," jelasnya.
Baca Juga: Sleman Creative Week #2 terbuka untuk umum, catat jadwal dan acaranya
Setelah menemukan kelompok sepaham ia akan menjadi seorang teroris yang akan melakukan aksi teror.
Untuk itu pendampingan terhadap para pelajar perlu dilakukan orang tua atau sekolah.
Jangan sampai orang-orang dekat tak peduli dengan kondisi para pelajar yang memiliki pemikiran yang labil.
"Untuk itu aham-paham seperti intoleransi, radikalisasi dan terorisme harus dicegah sejak dini," tegas Kompol Bimo. *