JOGJA,harianmerapi.com – Semangat membudidayakan atau menanam aneka jenis tanaman pangan lokal, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, buah-buah dan sayur-mayur mudah ditemukan di masyarakat.
Tak jarang meski bukan berprofesi petani, sebagian warga berkreasi dalam membudidayakan tanaman. Bahkan ketika memiliki lahan terbatas, banyak yang membudidayakan tanaman pangan dengan memanfaatkan pot, karung, plastik polybag dan wadah-wadah lainnya.
Menurut Dosen Prodi Manajemen Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta SE MM, semangat dalam membudidayakan ataupun menularkan ‘virus’ budidaya tanaman pangan seperti hal tersebut sangat penting.
Baca Juga: Polres Gunungkidul amankan satu orang tersangka kasus penganiayaan anak, ini kronologinya
Bahkan layak dijadikan gerakan masyarakat yang terus digelorakan, misalnya dengan istilah yang sudah cukup dikenal di masyarakat, yakni: Mangan sing ditandur, nandur sing dipangan.
“Kalau diterjemahahkan dalam Bahasa Indonesia artinya, yaitu makan apa yang kita tanam dan tanam apa yang kita makan,” jelas Widarta, belum lama ini.
Langkah-langkah seperti itu, lanjutnya, akan membantu pula menghindarkan krisis pangan. Tak ketinggalan, termasuk bagian dari semangat untuk mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan.
“Hal tersebut juga sangat tepat untuk digaungkan kembali agar masyarakat luas kembali mencintai produk-produk lokal dengan dikembangkan inovasinya, yang sangat berpotensi juga untuk menjaga ketahanan pangan,” tandasnya.
Tak kalah penting, baik pemerintah maupun berbagai pihak sangat bijaksana jika bisa terus menyadarkan atau mengkampanyekan kepada masyarakat arti pentingnya pangan lokal.
Lebih khususnya lagi bagi generasi muda, sangat diharapkan pula lebih bisa mencintai produk-produk pangan lokal, bahkan didorong untuk senang membudidayakan aneka tanaman pangan lokal.
Sebagai contoh, dalam setiap keluarga selalu berusaha untuk gemar menanam tanaman singkong. Hasil panenannya dimasak atau diolah sendiri, bahan bisa menjadi aneka camilan sebagai produk inovatif.
Selain itu dari berbagai instansi atau kelembagaan pemerintah maupun swasta, idealnya bisa lebih mendayagunakan produk-produk makanan lokal dalam berbagai kegiatan.
“Sebagai contoh ketika ada rapat-rapat bisa menyuguhkan minimal satu makanan dari bahan pangan atau olahan makanan lokal,” terang Widarta.